Demokratisasi dengan "Credit Union"
Credit union (koperasi simpan pinjam) merupakan fenomena gerakan ekonomi kerakyatan yang dipraktikkan di Kalimantan Barat. Lebih dari tiga dekade, credit union mampu mengedukasi dan membangkitkan kesadaran masyarakat untuk membangun ekonomi kolektif mereka. Praktik terbaik demokratisasi ekonomi ada di situ.
Perkembangan credit union (CU) di Kalbar cukup pesat dan bisa dikatakan yang terbaik di Indonesia. Tercatat ada 21 CU di Kalbar. Anggotanya lebih dari sejuta orang atau sekitar seperlima penduduk Kalbar yang jumlah keseluruhannya 5,2 juta orang. Total aset CU hingga akhir 2011 lebih dari Rp 3 triliun. Total aset ini setara dengan satu seperempat kali APBD Kalbar tahun 2012.
Pada 2010, tiga CU terbesar di Kalbar, yakni CU Lantang Tipo, CU Pancur Kasih, dan CU Keling Kumang, tercatat juga sebagai tiga CU terbesar di Indonesia. CU Lantang Tipo yang merupakan CU tertua didirikan 1976 dengan anggota awal 27 orang. Tahun 2010, CU ini memiliki 107.000 anggota dan tersebar di sejumlah kabupaten di Kalbar. Total aset CU Lantang Tipo mencapai lebih dari Rp 1 triliun.
CU Pancur Kasih, yang tahun ini merayakan pesta perak, awalnya hanya memiliki 61 anggota dengan modal perdana Rp 167.000. Pada April 2012, jumlah anggota CU Pancur Kasih mencapai 105.107 orang dengan total aset Rp 1,217 triliun.
CU Keling Kumang, yang telah berumur 20 tahun, pada akhir 2011 memiliki 114.377 anggota dengan aset Rp 650,26 miliar. Padahal, CU yang awalnya dibentuk 26 warga Kampung Tapang Sambas, Desa Tapang Semaduk, Kecamatan Sekadau Hilir, Sekadau, hanya bermodalkan Rp 260.000. CU Keling Kumang saat ini memiliki cabang yang tersebar di Kabupaten Sanggau, Sintang, Sekadau, Melawi, dan Kapuas Hulu.
Fenomena yang unik juga terlihat di CU Tilung Jaya yang hanya bergerak di Kabupaten Kapuas Hulu, salah satu kabupaten di pedalaman timur Kalbar. CU yang berdiri 2001 ini awalnya didirikan 22 anggota dengan modal Rp 2,2 juta. Pada 2011, CU Tilung Jaya beranggotakan 15.415 orang dengan aset Rp 151 miliar (hampir seperlima APBD Kapuas Hulu yang hanya Rp 834 miliar). Dalam kurun waktu 2010-2011, CU Tilung Jaya membukukan pendapatan Rp 18 miliar
Berdayakan si miskin
Terlepas dari data yang boleh dibilang fantastis itu, kenyataan di lapangan juga membuktikan masyarakat miskin menjadi berdaya secara ekonomi setelah menjadi anggota CU. Jimry (32), warga Desa Dange Aji, Kecamatan Air Besar, di pedalaman Kabupaten Landak, mengaku bisa membangun rumah dan membeli motor setelah menjadi anggota CU.
”Dulu susah sekali menabung. Penghasilan yang didapat selalu habis begitu saja. Tetapi sejak ikut CU, saya bisa menabung dan mudah mendapatkan kredit,” katanya.
Nata (44), warga Nanga Pinoh, Kabupaten Melawi, memiliki pengalaman dalam mengembangkan usaha toko sembako dan jual-beli karet dengan bantuan pinjaman dari CU Keling Kumang. Modal usahanya berkembang. Dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir, ia bisa mendapatkan kredit secara bertahap hingga Rp 240 juta. Ia pun bisa membeli sepeda motor, kebun karet, dan rumah.
Ketua CU Keling Kumang Munaldus mengatakan, pendirian CU Keling Kumang dilatarbelakangi keprihatinan terhadap rendahnya tingkat pendidikan dan kekeliruan cara mengelola keuangan warga Kampung Tapang Sambas. Ia yakin perbaikan pengelolaan keuangan masyarakat hanya bisa dilakukan dengan meningkatkan peningkatan kualitas pendidikan warga. Karena itulah, CU Keling Kumang awalnya memprioritaskan pinjaman khusus untuk pendidikan. Setelah berkembang, CU Keling Kumang juga memberikan pinjaman bagi ekonomi produktif.
”Generasi anak-anak yang bisa kuliah karena orangtuanya menjadi anggota CU dan kembali ke kampung setelah lulus umumnya berhasil menggerakkan sektor ekonomi produktif,” kata Munaldus.
Ketua Dewan Pimpinan CU Pancur Kasih Norberta Yati Lantok mengatakan, orientasi CU awalnya memberdayakan masyarakat pedalaman dan petani. Anggota umumnya berdomisili di daerah-daerah yang infrastrukturnya sulit.
”Setelah masuk menjadi anggota CU, pola pikir anggota berubah, terutama mengenai prioritas pengeluaran. Perlahan-lahan sektor pendidikan mendapat perhatian masyarakat yang semula masih abai,” ujar Yati.
Anggota CU umumnya juga mulai mampu mengelola ekonomi produktif skala kecil. Dampaknya terjadi peningkatan taraf hidup. Indikasinya mampu membangun rumah dan membeli sepeda motor baru.
Kontribusi bagi daerah
Pimpinan Bank Indonesia Kalbar Hilman Tisnawan mengungkapkan, pihaknya pernah membuat kajian mengenai kontribusi CU di Kalbar. Hasil kajian menunjukkan, CU berhasil mendidik masyarakat pinggiran dalam bidang keuangan, terutama bagaimana mengelolanya. ”Dulu, perbankan umumnya belum masuk ke pedalaman atau pinggiran Kalbar karena hitungan bisnisnya belum masuk. Masyarakat pedalaman justru mendapatkan pengetahuan pengelolaan keuangan dari CU,” kata Hilman.
Hilman menilai, CU juga memberi kontribusi meningkatkan perekonomian di pedalaman karena lembaga itu lahir dari masyarakat. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan yang dibiayai CU cenderung kuat.
Gubernur Kalbar Cornelis merasa terbantu. ”Di CU itu orang miskin menjadi berdaya dan menolong dirinya sendiri. Tentu pemerintah mendukung gerakan CU itu,” katanya.
Pengamat ekonomi Universitas Tanjungpura, Ali Nasrun, berpendapat, CU memberikan kontribusi positif dalam mendidik pengelolaan keuangan ataupun mendorong konsumsi masyarakat. Akan lebih baik jika CU memperbanyak kredit produksi, bukan konsumtif.
Dengan jangkauan pelayanan hingga pelosok, administrasi sederhana, dan jaringan yang meluas, perkembangan CU akan terus positif. Apalagi jika melihat perkembangan perkebunan kelapa sawit dan pertambangan yang ada di pedalaman Kalbar.
”Ke depan, CU perlu lebih kreatif dengan produknya dan terus meningkatkan pelayanannya,” kata Ali.
Oleh: C Wahyu Haryo PS dan A Handoko.
Sumber: KOMPAS, Rabu, 6 Juni 2012, Halaman: 5.