Begawan Pendidikan
Di kalangan pendidikan, tak ada yang tidak mengenal Henry Alexis Rudolf Tilaar. Ia seorang pemikir dan praktisi pendidikan. Pria berusia 10 windu ini tak lelah menyebarluaskan pemikiran pedagogik kritis di Indonesia sejak 2002 lalu. Alex, sapaan akrabnya, melihat proses pendidikan sebagai sebagai proses pembudayaan dalam interaksi antar manusia dalam masyarakat Indonesia yang majemuk.
Baginya pendidikan adalah kunci dari semua aspek pembangunan manusia. Perubahaan sosial dan peningkatan kapasitas manusia hanya bisa terjadi melalui proses pendidikan. Bukan melalui kekuasaan. Ini keyakinan Alex untuk memperkenalkan pendidikan kritis dan mengembangkan pendidikan nasional di Indonesia.
Seharusnya, kata putra Kilala Tilaar, seorang guru SD di Tondano, Sulawesi Utara ini, pendidikan bertumpu pada masyarakat dan budaya Indonesia. Tak hanyut dengan arus globalisasi. Indonesia masih menghadapi puluhan juta penduduk yang miskin. “Tapi, pendidikan kita diarahkan untuk bersaing dengan negara maju, bukan memecahkan masalah bangsa,” kata Alex yang pernah menjadi guru sekolah rakyat pada 1952.
Nama Alex tak hanya dikenal di Indonesia. Ia pernah menerima Man of the Year Commemorative Medal dari American Biographical Institute tahun 2003. Enam tahun kemudian, Indiana University, Amerika juga memberikan penghargaan kepada suami pengusaha kosmetik Martha Tilaar ini. Namanya juga masuk dalam Who”s Who in the World, Milleneum Edition, 2000.
Alex sosok bersahaja. Kendati istrinya, Martha Tilaar, adalah pemilik perusahaan kosmetik ternama, Alex jauh dari gaya hidup glamor. Di Jakarta, dia bersuka-cita menumpang bajaj, mencangklong tas kain, dan memenuhi berbagai undangan berdiskusi tentang dunia pendidikan.
Kepada Generasi Muda Indonesia
Aku anak seorang guru desa. Dilahirkan dan mengecap pendidikan dalam masa kolonial dan era pendudukan militerisme Jepang dalam perang dunia kedua. Menyongsong kemerdekaan Indonesia aku dapat mengecap pendidikan tinggi. Jika kemerdekaan bangsa tidak terwujud tidak mungkin aku mengecap pendidikan tinggi sampai belajar ke luar negeri. Inilah yang aku syukuri, hasil perjuangan para founding fathers kita. Aku berterima kasih dapat mengenyam pendidikan setinggi-tingginya. Aku bersyukur dan bangga menjadi warga negara Indonesia, dalam alam kemerdekaan Indonesia!
Generasi muda Indonesia yang aku cintai, Anda hidup dalam alam kemerdekaan Indonesia dan dalam era dunia yang terbuka. Anda menghadapi banyak pilihan dalam dunia yang berubah serba cepat, sungguh berbeda dengan masyarakat kolonial ketika aku dibesarkan. Kini anda banyak menghadapi pilihan dari nilai-nilai global, baik yang positif maupun negatif. Mengadakan pilihan dalam arus nilai-nilai global Anda perlu mempunyai dasar pikiran untuk menyeleksi nilai-nilai untuk pembangunan diri dan masyarakat Indonesia. Nilai-nilai dasar itu tidak lain ialah nilai-nilai pancasila yang merupakan karakter atau watak dari bangsa Indonesia. Dengan menjadi warga negara Indonesia yang berwatak pancasila, anda tidak hanyut dalam arus globalisasi yang tanpa jiwa.
Anda patut bersyukur sebagai generasi yang dilahirkan dalam alam kemerdekaan dan Anda mempunyai tanggung jawab moral untuk menjaga dan mengisi kemerdekaaan itu sebagai tanda syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah mengaruniakan kemerdekaan itu kepada Anda. Adalah tanggung jawab moral Anda sebagai generasi penerus untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia itu. Mewujudkan tanggung jawab moral itu tidak lain ialah mengembangkan kemampuan yang dikaruniakan Tuhan yang Maha Esa kepada anda semaksimalnya bagi kebahagiaan Anda sendiri dan bagi masyarakat Indonesia dengan mengeksplorasi, memelihara, dan memanfaatkan kekayaan alam dan kekayaan budaya Nusantara untuk kemakmuran kita sendiri dan bangsa Indonesia. Dengan upaya itu anda ikut serta dalam mengembangkan dan melestarikan kehidupan umat manusia di planet bumi ini.
Sumber: Surat Dari & Untuk Pemimpin, Penulis: HAR Tilaar, Hal: 103-104.