Beberapa Konsep Pengembangan: Verhagen dan Inayatullah
Pendekatan konseptual tentang pengembangan perdesaan yang sekarang mengemuka adalah pendekatan yang menekankan pada pentingnya usaha untuk memahami situasi atau kenyataan sebagai suatu potensi, betapapun kecilnya potensi itu. Koenraad Verhagen, seorang ahli pengembangan kemandirian masyarakat perdesaan dari Belanda, mengemukakan ada lima acuan pokok yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan kemandirian masyarakat berpenghasilan rendah di perdesaan. Kelima acuan pokok itu yakni:
Pertama,”menjangkau” kalangan miskin berarti harus membantu mereka untuk berkembang dengan kekuatan sendiri. Menurut Verhagen, kita seringkali berdalih hendak membantu orang miskin, tetapi, dalam kenyataannya, kita justru menghambat perkembangan mereka. “Menjangkau” kalangan miskin belum bisa dikatakan efektif bila tidak memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada kalangan miskin untuk berkembang dan menjalin hubungan kerjasama dengan berbagai lembaga pengembang yang mereka nilai dapat mendukung perkembangan diri mereka.
Kedua, menciptakan peluang kerja tidak bermakna dalam dirinya sendiri. Artinya, kebijakan untuk meningkatkan peluang kerja tanpa disertai kebijakan yang memperkuat posisi tawar para pekerja akan tetap menempatkan kalangan miskin pada posisi miskin. Mereka akan tetap menerima upah yang rendah jika tidak mempunyai kesempatan untuk turut mempengaruhi syarat-syarat kerja dan pola pembagian keuntungan usaha.
Ketiga, orang miskin bukanlah “penganggur” atau “setengah penganggur”, melainkan orang yang bekerja melampaui waktu normal pada macam-macam bidang pekerjaan demi penghasilan keluarga. Produktivitas mereka umumnya rendah, terutama bila dibandingkan dengan jumlah tenaga dan waktu yang mereka keluarkan.
Keempat, orang miskin memiliki sumber-sumber produktif. Jadi, mereka bukannya tidak memiliki apa-apa. Mereka memiliki potensi.
Kelima, KSM berkembang menurut momentum dan arah yang sulit diramalkan oleh pihak luar. KSM memiliki daya serap yang terbatas atas bantuan dari luar, khususnya pada tahap awal pembentukan kelompok dan penyelenggaraan kegiatan kooperatif.
Secara singkat, Koenraad Verhagen sebenarnya hendak menekankan pentingnya para perumus kebijakan untuk mengubah persepsi mereka mengenai kalangan miskin. Kalangan miskin bukanlah orang-orang yang sama sekali tidak memiliki potensi, betapapun kecilnya potensi itu. Dalam proses pengembangan ini, kalangan miskin sendirilah yang pertama-tama harus menentukan bagaimana mereka akan berkembang. Merekalah yang paling mengetahui situasi, potensi, dan kebutuhan diri sendiri. Jika konsep ini diterapkan dalam pembangunan, implikasinya sangat luas. Pengakuan akan adanya potensi merupakan titik tolak yang penting untuk mengembangkan potensi diri, melalui proses yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Inayatullah (1977), ahli pembangunan perdesaan lainnya, menyoroti lain masalah pembangunan perdesaan ini. Meski demikian, dasar pemikirannya sama dengan Koenraad Verhagen, yaitu tentang perlunya kita menomersatukan proses dinamis pada masyarakat perdesaan dalam mengembangkan potensi-potensi yang ada. Inayatullah menolak pengertian yang sempit tentang pembangunan perdesaan, yang terbatas pada proses penyebaran teknologi pertanian atau modernisasi struktur tradisional melalui hubungan dengan unsur-unsur dari luar. Menurut dia, pembangunan perdesaan harus diartikan secara luas, yakni mencakup hal-hal teknis, sosial-kultural, maupun politik yang menyangkut masalah kebijakan.
Sehubungan dengan hal ini, Inayatullah menyarankan pengertian pembangunan perdesaan sebagai suatu proses peningkatan kemampuan penduduk perdesaan untuk menguasai lingkungan sosial serta meningkatkan taraf hidup mereka. Implikasi dari pengertian ini adalah: pertama, perlunya mengembangkan keswadayaan dan kemandirian penduduk perdesaan agar memiliki kemampuan yang menyeluruh untuk mempengaruhi lingkungan mereka; kedua, perlunya mengembangkan suatu sistem ekonomi perdesaan yang menunjang terjadinya pemerataan kesempatan berusaha menuju peningkatan pendapatan.
Untuk mencapai situasi tersebut, Inayatullah memberikan tujuh indikator pembangunan perdesaan yang dianggap penting, yakni: a) perubahan dalam produktivitas perdesaan; b) perubahan dalam tingkat kesempatan kerja atau pengangguran; c) perubahan dalam pembagian pendapatan; d) perubahan dalam struktur kekuasaan; e) perubahan dalam tingkat mobilitas sosial; f) perubahan dalam nilai, kepercayaan, dan sikap terhadap lingkungan sosial yang lebih luas; g) perubahan dalam sasaran pelayanan sosial.
Dengan menggunakan tujuh indikator ini, bisa dilihat sejauh mana proses pengembangan perdesaan telah berlangsung, perubahan-perubahan apa saja yang telah terjadi, serta bagaimana perubahan yang satu mempengaruhi yang lain.
Disarikan dari buku: Pemberdayaan Orang Miskin, Penulis: Bambang Ismawan, Hal: 46-49.