Bagaimana Kiat Sukses Melakukan Fundraising?
Mungkin diantara anda sekalian ada yang akrab dengan kata fundraising. Di dunia LSM dan organisasi nirlaba, kata tersebut memang tidak lagi asing. Tapi tahukah kiat sukses untuk mendapatkan funding? Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan ketika menjalankan peran sebagai fundraiser? Sebelum lebih dalam membahas pertanyaan di atas, ada baiknya jika kita terlebih dahulu paham mengenai hal-hal dasar dalam dunia fundraising.
Fundraising
Pada umumnya, setiap perusahaan atau institusi akan membutuhkan prinsip fundraising. Dalam menjalankan fundraising, terdapat strategi tertentu agar tujuan yang diinginkan tercapai. Tujuan itu sendiri biasanya terdiri dari prioritas kebutuhan institusi-institusi yang bersangkutan, uang yang diperlukan untuk kebutuhan tersebut, dan deadline. Sementara itu, untuk mencapai tujuan yang diinginkan, terdapat struktur tugas dan peran, rencana, dan pengaturan lainnya. Namun, diantara semua hal itu, terdapat macam-macam tipe fundraising, yaitu:
- The traditional annual campaign
- The traditional capital campaign
- The comprehensive campaign
- The single purpose campaign
Tipe fundraiser berdasarkan cara kerjanya:
- Sales
- Event
- Direct solicitation
Tipe fundraiser berdasarkan aktornya:
Indvidual fundraising
Tak mudah untuk menjadi individual fundraising. Tapi, ada berbagai macam cara agar sukses mendapatkan fundraising. Misalnya mengirimkan proposal ke donor baik melalui pos atau email, menjual tanaman ekstra yang ada di kebun, memanfaatkan kemampuan kita untuk dimanfaatkan orang lain, dan membuat acara dengan relasi yang bisa berbagi keuntungan.
Team fundraising
Jika ada banyak ide yang bisa dikembangkan ketika menjalankan individual fundraising, rasanya mustahil jika kita bisa mendapatkan donor jika bekerja secara tim. Misalnya kita bisa berjualan makanan atau buku dengan diskon, membuka snackbar, bawa barang-barang bekas yang masih bisa dipakai dari tiap anggota tim untuk dijual, membuka car wash di akhir minggu, dan promosikan ide program timmu ke media agar bisa mendapatkan donatur.
Struktur fundraising
Seperti organisasi, setiap institusi pasti memiliki pembagian tugas dan peran masing-masing untuk mencapai tujuan. Struktur fundraising sendiri umumnya terdiri dari pembuat rencana atau program, peneliti, donor dana, akuntan administratif, badan hukum, dan yayasan relasi.
Fundraiser Sukses
Ada beberapa tips untuk menjadi fundraiser yang baik. Pertama (1), memahami visi dan misi institusi secara jelas. Pemahaman tersebut berguna untuk mengingatkan pada tiap fundraiser alasan mereka berada pada posisi tersebut. Tidak hanya itu, penjelasan mengenai visi dan misi institusi pada calon donor juga akan membangun rasa percaya. Calon donor akan yakin bahwa donasi yang diberikan jatuh pada institusi yang tepat.
Kedua (2), fundraiser harus menargetkan donor yang tepat dan potensial sesuai dengan guideline lembaga. Sebagai contoh, misalnya ICW tidak akan menerima donor terkait korupsi atau organisasi perempuan akan menerima donor dari orang yang tertarik dengan dunia keperempuanan. Fundraiser juga dapat memanfaatkan database directory untuk melihat daftar perusahaan yang tepat. Setelah itu, sangat penting untuk mencari tahu semua hal mengenai perusahaan tersebut seperti kontak, background, dan hal lainnya untuk memudahkan pekerjaan.
Ketiga (3), pengorganisasian. Fundraiser harus membuat target yang tepat saat melakukan fundraising. Maka, dibutuhkan rencana dan pengaturan yang matang agar target sesuai yang diinginkan. Jika timeline dan deadline target sudah dirancang, perlu juga menyusun anggaran dana untuk menjalankan rencana yang semula dibuat. Hal yang perlu diperhatikan adalah berapa anggaran dana awal untuk memulai fundraising dan berapa banyak uang yang akan didapat dari donor.
Dalam pengorganisasian kerja fundraising secara tim, kekompakan menjadi hal yang sangat penting. Ada banyak kelebihan jika fundraising dilakukan secara tim. Misalnya anggota baru tim bisa belajar dari anggota tim yang sebelumnya lebih berpengalaman. Sementara itu, anggota baru juga dapat memberikan ide baru yang segar pada tim. Selain itu, sesama anggota tim dapat saling memberikan semangat untuk menambah antusiasme bekerja.
Keempat (4), terdapat hal yang perlu diperhatikan saat pertemuan pertama dengan calon donatur. Fundraiser tidak mungkin langsung menceritakan semua hal saat pertama kali bertemu dengan calon donatur. Ada baiknya jika kita lebih dulu menceritakan mengenai lembaga atau organisasi yang kita representasikan.
Prinsipnya, fundraiser harus menyampaikan informasi mengenai profil lembaga sesimpel mungkin dan relevan dengan calon donatur yang bersangkutan. Lalu fundraiser perlu mempertanyakan bagaimana cara agar bisa bekerjasama dengan calon donor dan melihat bagaimana responnya. Selanjutnya, kita tinggal melakukan follow up melalui telepon, sms, ataupun email.
Kelima (5), fundraiser harus bisa melihat kebutuhan perusahaan calon donatur. Sehingga perusahaan tersebut bisa mendapatkan solusi dari masalah yang dialaminya. Kesalahan yang biasanya terjadi yaitu sales atau fundraiser justru datang dengan cara seperti meminta pada calon donatur.
Keenam (6), hindari presentasi yang terlalu panjang saat meeting. Fundraiser juga perlu menggali sebanyak mungkin informasi mengenai perusahaan tersebut. Selain itu, fundraiser juga harus memiliki kapasitas untuk mendengarkan dan bukan hanya selalu bicara. Pendekatan yang dilakukan pun tidak harus selalu secara institusional tapi juga personal melalui psycological approach. Karena membuat partner semakin nyaman berbicara, maka dampaknya akan semakin bagus untuk fundraiser.
Sumber: Kelas Kyutri, Jumat, 03 Agustus 2012.