Apa Definisi Strategi dalam Renstra Organisasi?
Dalam analogi yang sederhana, strategi dapat dimaknai sebagai cara untuk memenangkan sesuatu. Atau cara untuk mencapai tujuan yang kita impikan (VISI).
Nah, agar pernyataan strategi memiliki energi untuk memenangkan sesuatu, maka pernyataan strategi tersebut haruslah pernyataan yang memiliki dimensi, persis seperti ketika kita menyusun strategi perang.
Langkah awal jelas dengan mengenali diri kita dan mengenali musuh kita. Irisan antara kedua pengenalan ini, akan menentukan posisi dan peran apa yang kita anggap paling menguntungkan buat kita, sekaligus juga peran dan posisi apa yang paling baik untuk mengalahkan musuh (atau memberikan solusi pada permasalahan yang ada) – (MISI, POSISI dan PERAN).
Lantas, berikutnya, kita harus menentukan prioritas, karena kita tidak mungkin memenangkan semua hal sekaligus dalam saat bersamaan. Jelas, sebisa mungkin prioritas yang kita pilih akan disesuaikan dengan sumber daya yang kita miliki. Jelas juga, sebisa mungkin prioritas yang kita pilih tersebut adalah area-area yang strategis dari musuh kita. Buat apa kita menyerang area-area yang tidak strategis ? (FOKUS AREA)
Setelah menentukan prioritas, kenali area tersebut. Bagian mana yang akan kita sasar ?
Kalau musuh kita satu pasukan musuh, maka kenali bagian-bagian dari mereka yang harus kita sasar, dan tentu saja kemudian terbayang dimensi waktunya, mana yang lebih dulu, mana yang bisa simultan, mana bagian yang menjadi penopang (prasyarat/pemungkin) bagi kita untuk menyerang bagian yang lain.
Jika musuh itu satu orang, misalnya, maka mana area yang akan kita sasar ? Kepalanya ? Dadanya ? Kaki ? Tangan ? dst. Atau dalam bahasa kita biasanya : kebijakannya, tata kelola (manajemen)–nya, atau spesiesnya ? Atau dukungan pendanaan berkelanjutannya ? (SASARAN STRATEGIS)
Nah, setelah upaya pengenalan ini selesai kita lakukan, maka kita perlu kembali ke barisan kita dan menata langkah.
Kita perlu merenung dan menentukan formasi apa yang akan kita gunakan (jika musuh kita adalah pasukan besar) atau jurus apa yang akan kita gunakan (jika musuh kita adalah satu orang). Formasi atau jurus ini lah yang kita sebut pola pendekatan. Bisa saja jurus kita tidak hanya satu, bahkan bisa saja kita tetapkan bahwa kita akan memainkan 4 jurus selalu bersamaan. (POLA PENDEKATAN)
Nah, setelah formasi atau jurus ditetapkan, kita perlu memilih mana senjata yang paling pas yang akan kita mainkan dengan formasi atau jurus tersebut. Senjata inilah yang dinamakan kemudian dengan instrumen intervensi. Jika jurusnya adalah pemberdayaan masyarakat, maka senjatanya bisa berupa dukungan pendanaan, ataupun pendampingan, atau pengenalan atas input teknologi. (INSTRUMEN INTERVENSI)
(Kadang, karena keterbatasan sumber daya yang kita miliki, maka bisa saja kita inventarisir dulu, senjata apa yang kita miliki, dan kemudian merencanakan formasi dan jurus apa yang paling baik bisa kita mainkan menggunakan senjata yang kita miliki.
Namun bagi sebuah perencanaan terbuka, lebih baik kita menentukan formasi dan jurus apa yang paling ampuh untuk mengalahkan musuh, baru berpikir senjata atau amunisi apa yang paling mendukung formasi atau jurus tersebut)
Nah, ketika semua pemahaman kita atas strategi tersebut selesai, terbentuklah dalam pikiran kita, tentang fungsi-fungsi apa yang harus ada dalam pasukan kita.
Fungsi-fungsi inilah yang kemudian akan ditata sebagai sebuah kesatuan struktur. Maka terbentuklah struktur organisasi. Jadi kebayang kan, bahwa struktur organisasi adalah hal yang harusnya belakangan dipikirkan dan dirancang. Itupun, rancangannya bisa berupa banyak kombinasi yang fleksibel. Tergantung kondisi dan situasi. (FUNGSI BAGIAN dan STRUKTUR ORGANISASI)
Sayangnya, dalam ilmu organisasi modern, penyusunan struktur malah kadang ditempatkan di awal, karena terkait dengan sistem remunerasi, jenjang karir dll.
Visualisasi artikel ini dapat diunduh pada halaman Unduh, kategori Presentasi dengan judul : Alur Perencanaan Organisasi.