Pengetahuan dan Proses Belajar
Hakikat dari hidup adalah perubahan, manusia yang masih hidup pasti berubah, baik perubahan secara fisik maupun perubahan secara mental. Kita dapat mengamati perubahan fisik seseorang, sejak bayi, remaja dan berubah menjadi dewasa. Begitu pula kita dapat menilai adanya perubahan mental dan perubahan cara berpikir setiap manusia, sehingga kita dapat membedakan antara mental manusia bayi, mental manusia remaja dan mental manusia dewasa.
Mengapa manusia harus berubah? Tentunya perubahan fisik maupun mental manusia sudah merupakan hukum alam (fitrah), dimana Tuhan mempertahankan maupun mental. Namun, mengapa manusia mampu berubah secara mental? Tentunya karena manusia memiliki akal (pengetahuan yang ada di dalam otaknya); dan karena manusia mampu belajar, sehingga ia mampu meningkatkan kualitas pengetahuan maupun cara berpikirnya untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan zaman.
Belajar bagi setiap manusia merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendasar, sama mendasarnya dengan kebutuhan manusia untuk makan dan minum untuk memenuhi kebutuhan fisiknya. Artinya, manusia akan mampu mempertahankan hidupnya hanya jika ia mampu belajar (berubah) atau, belajar merupakan syarat untuk dapat hidup. Dengan kata lain, hanya orang yang mau dan mampu belajar yang akan berubah, sehingga ia mampu hidup di alam yang selalu berubah. Sebaliknya dapat dikatakan bahwa orang yang tidak mau dan tidak mampu belajar, maka ia tidak akan mampu berubah, dan pada hakekatnya, orang yang tidak mampu berubah adalah orang yang sudah mati (innalillahi waina illaihi rojiun).
Mengingat zaman terus berubah, maka tidak ada mahluk yang dapat bertahan hidup tanpa kemampuan untuk melakukan perubahan atau untuk mempertahankan diri agar layak hidup pada suatu zaman. Lebih jauh, karena manusia ditakdirkan sebagai khalifah di bumi, maka manusia harus mampu memperkuat diri, mampu meningkatkan kualitas pengetahuan dan cara berpikirnya, sehingga ia lebih mampu mempengaruhi atau bahkan mengendalikan perubahan zaman itu sendiri banyak tumbuhan atau binatang yang punah karena tidak berdaya mengikuti tuntutan perubahan alam (zaman). Pada akhirnya, perubahan merupakan kejadian alamiah yang karena sifatnya, maka perubahan zaman tidak mungkin dihindari. Begitu pula (setiap) mahluk hidup pada dasarnya memiliki strategi alamiah (unik) untuk mempertahankan hak hidupnya, yaitu dengan melakukan proses belajar dan berubah.
Pada akhirnya penulis ingin mengajak pembaca untuk mendefinisikan ulang pengertian tentang orang bodoh. Di masa lalu, ketika kita baru lepas dari penjajahan, kita sepakat mendefinisikan orang bodoh adalah orang yang buta huruf, yang tidak bisa membaca dan menulis. Namun, di era pengetahuan kini, sebaiknya kita mendefinisikan orang bodoh sebagai orang yang tidak mau atau tidak mampu berubah mengikuti tuntutan zaman.
Orang tidak berubah karena dua hal:
- Karena tidak mampu berubah: Ini menekankan pada masalah rendahnya kompetensi teknikal (hard competence atau hard skills), yang umumnya karena ia tidak tahu cara bekerja yang baik atau tidak tahu bahwa ada mekanisme kerja yang lebih baik, atau tidak tahu bagaimana merubah keterampilan kerja dirinya. Rendahnya kompetensi teknikal bisa diperbaiki dengan melakukan pendidikan dan pelatihan kerja, untuk memperbaiki cara olah pikir sehingga dapat menemukan metode kerja baru atau meningkatkan keterampilan kerja dirinya.
- Karena tidak mau berubah: Ini masalah rendahnya kompetensi perilaku (soft competence atau soft skills), merupakan persoalan mental atau spirit untuk berubah atau semangat hidup untuk membawa dirinya pada kebiasaan baru yang lebih baik. Tidak mau berubah umumnya karena merasa nyaman pada posisi lama dan takut menghadapi resiko ketika harus masuk (berubah) ke posisi baru. Hal ini bisa diatasi jika ia mampu melakukan olah kalbu, melakukan refleksi dan perenungan diri, untuk membangkitkan spirit baru dalam menemukan paradigma baru tentang hidup dan kehidupan.
Disarikan dari buku: Knowledge Management dalam Konteks Organisasi Pembelajar, Penulis: Jann Hidayat Tjakraatmadja, Donald Crestofel Lantu, Hal: 75-77.