Berkepala Lurus, Bermata Tajam
Dengan tatapan tajam, ia meminta anggaran pembangunan di Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta dipotong 25 persen. “Kalau saya bisa dapat lebih murah, kalian semua akan saya bawa ke KPK ,” katanya. Kejadian ini tak terbayangkan sebelumnya.
Pada 1995, Basuki Tjahaja Purnama sempat terpikir pergi keluar negeri setelah pabriknya ditutup karena melawan pejabat yang sewenang wenang. Tapi ayahnya melarang. Orang tua itu malah mengingatkan, suatu hari nanti rakyat akan memilihnya untuk memperjuangkan nasib mereka.
Benar saja. Pada 2003, pria yang akrab disapa Ahok itu bergabung dengan Partai Indonesia Baru (PIB), pimpinan Dr. Sjahrir (alm). Ia mencalonkan diri dan terpilih menjadi anggota DPRD Kabupaten Belitung Timur periode 2004-2009. Pada tahap berikutnya, ia mencalonkan diri dalam pemilihan Bupati Belitung Timur, dan keluar sebagai pemenang. Jabatan bupati diembannya sepanjang 2005-2010.
Prinsip Ahok sederhana: jika kepala lurus, bawahan tak berani bengkok. Di awal masa pemerintahannya, 95 persen anggota DPRD berseberangan dengannya. Mereka mengancam tak mau membahas anggaran. Ahok berkukuh, jika tidak mau membahas, tak usah dibahas. “Saya gunakan anggaran tahun lalu, kalian semua tak bisa gajian,” katanya. Esoknya, pimpinan DPRD datang dan mengajak berdamai.
Ahok akhirnya bisa memasukkan anggaran untuk pendidikan, kesehatan, pembangunan, sesuai dengan visi dan misinya. Dengan bawahannya pun dia berprinsip sama. Tegas dan tanpa kompromi.
Setelah terpilih sebagai wakil gubernur DKI Jakarta, mendampingi gubernur Joko Widodo, ia meminta Wakil Presiden Boediono mengubah mekanisme tender proyek infrastruktur yang boros. Menurut dia, selama ini mekanismenya berbelit, prosesnya panjang, banyak uang habis hanya untuk jasa konsultan-yang sebenarnya bisa untuk menyejahterakan rakyat.
Ayo Berpolitik
Anak muda harus berani berpolitik. Lebih jelasnya, generasi muda harus berani menjadi politisi. Politisi seperti apa? Politisi yang jujur, bersih, dan melayani. Politisi yang berjuang untuk Keadilan Sosial bukan untuk kekuasaan dan kekayaan.
Ada banyak orang yang tidak suka berpolitik tapi suka mengkritisi dari luar. Harus diingat bahwa di Negara yang sedang mencari jati diri dan berkembang seperti Indonesia politik adalah pilar utama perubahan. Oleh karena itu, kita harus sadar bahwa berpolitik itu adalah suatu keharusan. Mengkritisi dari luar sangat baik, tetapi masuk dan berjuang di dalam sangatlah penting dan krusial bahkan sudah menjadi keharusan. Hari ini kita tahu ada bahwa pada umumnya politisi yang seharusnya menjadi pelayan sudah “budek”(tuli). Mereka bukannya tidak tahu soal kesusahan rakyat tetapi TIDAK PERDULI UNTUK TAHU. Maka sudah saatnya kita yang tidak nyaman dan marah akan situasi ini masuk dan melawan. Juga ada banyak orang yang sudah berpikir untuk berpolitik bahkan sudah masuk di dalam. Sayangnya kebanyakan dari mereka hanyut terbawa arus budaya politik. Untuk itu kita memerlukan orang-orang yang punya nurani untuk masuk berpolitik di dalam. Memang betul politik Indonesia hari ini hanya semata-mata untuk kekuasaan dan bukan untuk rakyat. Ini karena orang yang punya nurani dan keberanian di dalam sangatlah sedikit. Jadi politik Indonesia butuh generasi muda yang punya nurani dan berani mempertahankan nuraninya apapun harganya.
Bagi saya pilihannya sangat sederhana. Masa depan Negara ini dan nasib ratusan juta rakyatnya ada di tangan anda-anda semua. Jika teman-teman generasi muda tidak berani dan tidak bersedia berpolitik; tidak berani dan tidak bersedia mempertahankan nurani dan kejujuran apapun harganya, maka mimpi tentang Indonesia yang ada dalam visi para pendiri Negara ini hanya akan jadi mimpi belaka. Sebaliknya jika teman-teman berani mengambil langkah radikal, berani berpolitik dengan nurani dan kejujuran, maka Indonesia ke depan akan menjadi bangsa yang besar dan disegani dengan rakyatnya yang makmur dan sejahtera. Berpolitik dengan nurani dan kejujuran tentunya susah-susah gampang. Akan ada banyak godaan, tantangan, dan ancaman. Tetapi suara nurani adalah modal utama dan sulit digoyah. Pilihan ada di tangan anda. Semoga anda memilih dengan bijaksana. Tuhan memberkati.
Sumber: Surat Dari & Untuk Pemimpin, Penulis: Basuki Tjahaja Purnama (AHOK), Hal: 144-145.