Memahami Aliran Uang
Pernahkah Anda berpikir bahwa uang Anda sedang mengalir ke hal-hal yang sebenarnya tidak begitu penting? Pernahkah Anda berpikir bahwa sesungguhnya efisiensi dalam memahami aliran keuangan Anda sangatlah penting dalam kehidupan? Kebanyakan orang yang hidup di dunia ini mengabaikan persoalan aliran keuanganm sehingga uang yang dimiliki habis tanpa bekas, sementara kebutuhan riil dalam kehidupan belum sepenuhnya terpenuhi.
Jika boleh saya ibaratkan, uang yang Anda pegang saat ini seperti belut. Jika Anda memegang belut. Jika Anda memegang belut itu, tentu saja ia akan begitu licin di tangan Anda. Memang begitu sulit untuk mengatur uang yang ada di tangan Anda, akan tetapi manajemen diri Anda mengalir selama ini, digunakan untuk kepentingan apa, dan sepenting apakah Anda sehingga Anda mengeluarkan uang sebanyak itu?
Di sinalah cara kerja Anda dalam mengatur keuangan menjadi penting. Sehingga, uang yang Anda keluarkan tidak hanya keluar begitu saja, akan tetapi menjadi sumber bagi mengalirnya uang ke saku Anda. Pola pikir seperti ini penting untuk Anda pahami agar Anda bisa mengatur segala sesuatunya dengan sebaik-baiknya. Anda adalah manusia yang memiliki cara pandang (mind set), Anda mampu menciptakan sesuatu yang lebih baik dalam kehidupan Anda.
Michael Amaladof (2003) mengatakan bahwa uang dalam hidup Anda sama dengan aliran darah Anda. Ketika Anda mengabaikannya, maka timbul masalah dalam kehidupan Anda. Ini merupakan pandangan kaum materialis ketat, sehingga pola pandang dan cara kerjanya diukur dengan proses aliran keuangan. Anda bisa melihat apakah pola aliran keuangan Anda sehat atau tidak? Semuanya sangat bergantung pada pola kerja dalam kehidupan Anda. Oleh karena itu, milikilah kinerja yang lebih baik untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik.
“Uang dalam hidup Anda sama dengan aliran darah Anda. Ketika Anda mengabaikannya, maka timbul masalah dalam kehidupan Anda.”
Setiap manusia yang berupaya untuk menciptakkan kehidupan yang lebih baik tentunya berupaya untuk memikirkan langkah-langkah yang akan diambil. Cara pandang Anda akan berakibat pada aktivitas keseharian Anda yang memungkinkan Anda menjadi manusia yang berkualitas. Cobalah Anda amati perilaku orang-orang ketika berbelanja. Selidiki latar belakang mereka. Lihatlah preferensi barang yang mereka beli. Ketika sedang ngobrol dengan teman-teman, cobalah bertanya tentang barang atau jasa apa yang sangat ingin mereka dapatkan kalau mereka punya banyak uang.
Ketika mereka memiliki banyak keinginan untuk membeli banyak barang, maka tentu saja untuk mencapai segala keinginan mereka, tak akan memikirkan apakah aliran uang itu akan berbahaya bagi perjalanan kehidupan mereka. Kebanyakan manusia yang memiliki uang selalu memiliki kecenderungan untuk mengkonsumsi banyak barang. Pola itulah yang akan mengakibatkan kehidupan lambat laun menjadi “bangkrut”. Kebangkrutan tentu saja tidak diukur dengan habisnya harta kekayaan yang Anda miliki, melainkan diukur pada seberapa penghasilan Anda dan uang Anda habis untuk membeli barang-barang yang sesungguhnya tidak penting.
Pola itulah yang penting Anda perhatikan dalam kehidupan Anda. Jika Anda pernah datang ke sebuah swalayan, dalam durasi waktu 15 menit, cobalah perhatikan kasir di suatu swalayan itu. Perkirakan berapa rupiah transaksi yang dia lakukan. Tentu saja puluhan transaksi terjadi. Apakah aliran uang itu merupakan kebutuhan para konsumen, atau hanya menjadi gaya hidup tanpa kalkulasi yang jelas? Kenyataan itu tidak dapat terhindarkan dalam kehidupan manusia masa kini. Kehidupan materialistik tak terhindarkan dalam kehidupan kita belakangan ini. Corak ini akan memberikan jalan keluar bagi Anda bisa mempelajari lebih jauh tentang kenyataan hidup Anda yang sesungguhnya.
Ketika sedang makan siang, cobalah menghitung berapa konsumen yang datang ke restoran tempat Anda makan. Taksirlah berapa pengeluaran per orang, dan cobalah menebak berapa omzet restoran tersebut setiap harinya. Pahami juga cara pengelolaannya, cara mereka mendapatkan bahan baku, dan cara mereka memperlakukan stok yang tak laku dijual (Hutagalung, 2007). Realistis itu merupakan sebuah realitas baru yang akan menciptakan kehidupan Anda menjadi lebih baik dan bermutu.
Setiap orang yang ada didunia ini mesti memiliki kecenderungan untuk mengonsumsi segala sesuatu yang diinginkan dalam kehidupannya, tetapi sebagian mampu mengerem dirinya agar bisa menjadi lebih baik. Semua itu bergantung pada cara berpikir dan lingkungan. Banyak sekali orang yang memiliki lingkungan. Banyak sekali orang yang memiliki idealisme tinggi, sehingga tak pernah terperangkap dalam konsumerisme, akan tetapi setelah berhadapan dengan sebuah lingkungan hidup yang konsumtif, mereka turut menjadi konsumtif.
“Banyak sekali orang yang memiliki idealisme tinggi, sehingga tak pernah terperangkap dalam konsumerisme, akan tetapi setelah berhadapan dengan sebuah lingkungan hidup yang konsumtif, mereka turut menjadi konsumtif.”
Untuk memahami berbagai karakter manusia yang ada dalam kehidupan ini, Anda bisa melihat pendapat Yusrizal (2000) tentang berbagai pola aliran uang dalam kehidupan mereka, di antaranya sebagai berikut:
- Kaum berpenghasilan tetap (karyawan swasta atau pegawai negeri) memiliki pola belanja yang hampir sama, baik siklus waktu maupun barang yang ingin mereka beli. Kecenderungan berbelanja yang selama ini terjadi pada orang yang ada di sekitar Anda, utamanya orang yang memiliki penghasilan tetap, berdasarkan kebutuhan bulanan mereka. Biasanya, mereka membelanjakan uangnya setelah mendapatkan gaji, kemudian mengaturnya untuk berbagai macam kebutuhan yang telah dipredisikan selama satu bulan. Akan tetapi celakanya, ketika mereka tidak bisa mengatur dengan baik, uang yang ada di saku mereka habis sebelum waktunya, yakni sebelum gajian berikutnya. Mereka diterima kembali. Jika ini yang terjadi, maka tentu saja kecenderungan mereka adalah mengutang, baik ke koperasi di mana mereka bekerja atau ke bank. Hal ini membuat kehidupan mereka tidak stabil. Seandainya orang yang memiliki gaji tetap berupaya untuk mengatur gaji sedemikian rupa dan menyisihkan sebagian untuk membuka usaha kecil-kecilan, maka gaji yang dimilikinya akan terus berkembang. Ada berapa cara yang bisa diterapkan dalm strategi keuangan bagi orang yang memiliki gaji tetap ini. Pertama, menyisihkan gaji untuk membuka usaha. Banyak orang di dunia ini yang tidak usaha. Banyak orang di dunia ini yang tidak mengerti, mana yang harus didahulukan dan yang mana yang seharusnya ditunda. Seandainya Anda menyisihkan uang gaji Anda untuk membuka usaha kecil-keilan di rumah Anda, niscaya uang gaji Anda tidak dengan serta-merta habis begitu saja. Dan bisa saja nantinya kebutuhan harian Anda bisa dicpai dengan laba usaha yang Anda kelola di rumah Anda.
Bila Anda mau memikirkan masa depan, tentu Anda tak akan membelanjakan banyak uang untuk kepentingan tersier. Anda akan menghemat uang Anda dan menyisihkannya untuk ditabung, Sebab, Anda mengerti bahwa uang yang Anda simpan selama ini akan menyelamatkan kehidupan Anda.
Kedua, Menyisihkan gaji untuk ditabung. Apakah Anda pernah berpikir, bagaimana jika Anda, istri Anda, atau bahkan anak Anda sakit, sementara Anda tidak punya tabungan sama sekali? Apa yang akan Anda lakukan? Mungkin saja yang ada dalam pikiran Anda adalah mengutang. Lalu, bagaimana jika orang yang Anda tidak bisa membayar dalam waktu yang dijanjikan, tentu saja utang Anda akan semakin membesar. Masa depan Anda pun akan semakin suram.
Akan tetapi, jika sejak Sekarang Anda sudah memikirkan masa depan, Anda akan berupaya untuk menabung. Anda akan menyediakan uang khusus untuk berjaga-jaga agar Anda tidak kebingungan jika nantinya menghadapi berbagai kemungkinan terburuk dalam kehidupan Anda.
Ketiga, mengerem berbelanja kebutuhan-kebutuhan yang tidak terlalu penting. Tuntutan gaya hidup terkadang menjebak Anda untuk membeli sesuatu yang sebenarnya tidak penting untuk dibeli. Misalnya, sekarang Anda sudah mempunyai handphone tipe nokia 1202. Karena tuntutan gaya hidup, Anda memaksakan diri untuk membeli Blackberry, padahal sesungguhnya Anda tidak mampu dan kebutuhan Anda belum tercukupi. Tentu saja kondisi finansial Anda akan kacau, sebab Anda tidak berpikir tentang fungsi barang yang Anda miliki.
Fungsi sebuah HP dalam kehidupan Anda adalah ber-SMS dan menelepon atau ditelepon dengan jaringan Anda, dan itu sudah bisa dipenuhi oleh HP Nokia 1202. Jika cara berfikir Anda begini, tentu saja segala sesuatu yang ada dalam kehidupan Anda akan stabil. Anda tidak dipusingkan oleh berbagai keinginan yang sebenarnya tidak penting. Buat apa membeli mobil, jika sebenarnya mobil itu belum begitu Anda butuhkan? Renungkanlah!
- Terjadi pola aliran uang. Padahal awal bulan, dalam beberapa hari, uang mengucur dari employer ke employee. Hari-hari berikutnya, aliran uang berbalik kembali ke kalangan employer, yaitu mereka yang memiliki dan mengelola bisnis. Kalaupun gaji sudah habis, kaum employee itu tidak berhenti berbelanja karena kartu kredit. Orang yang sudah terbiasa dengan kehidupan konsumtif akan tetap berbelanja meskipun dalam kondisi tidak punya uang. Mereka akan sulit menciptakan kebiasaan baru untuk menahan kebiasaan berbelanja tersebut. Kebiasaan yang kurang baik memang sulit dicegah sementara kecenderungan demi kecenderungan terus mendorong dari dalam diri mereka untuk terus berbelanja. Jika Anda adalah orang yang memiliki personalitas yang kuat, tentu saja Anda akan mampu menahan diri untuk tidak konsumtif.
“Orang yang sudah terbiasa dengan kehidupan konsumtif akan tetap berbelanja meskipun dalam kondisi tidak punya uang. Mereka akan sulit menciptakan kebiasaan baru untuk menahan kebiasaan berbelanja tersebut”.
Dibandingkan kaum employer, jutsru employee yang berpendapatan tetaplah yang paling berani berutang. Mengapa hal ini terjadi? Karena mereka tidak punya daya dan kalkulasi yang matang terhadap aliran keuangan mereka. Oleh karena itu mulai sekarang Anda harus mulai memikirkan pola aliran keuangan Anda dan mengukurnya dengan baik, sehingga tidak mudah memutuskan untuk segera mengutang.
Sebagian besar utang yang berbentuk adalah utang konsumtif. Banyak orang menggadaikan pendapatan di masa depan untuk kenikmatan (utilitas) yang dinikmati saat ini. Maka, semakin lama terjerat utang konsumtif, semakin kecil peluang untuk bebas secara finansial.
Agar Anda terhindar dari pola hidup konsumtif yang akan mengakibatkan diri Anda menjadi raja utang, perhatikan hal-hal berikut. Pertama, mengingatkan diri sendiri bahwa masa depan Anda masih panjang. Masa depan Anda di tangan Anda, sebuah ungkapan yang sering kita dengar. Ungkapan itu bisa Anda jadikan panduan bagi kehidupan Anda ke depan jadikan panduan bagi kehidupan Anda ke depan. Jika sebelumnya Anda tidak mengatur uang Anda dengan sebaik-baiknya sehingga habis begitu saja, maka dengan mengingat nasib Anda di masa depan, Anda menjadi lebih berhati-hati dalam mengelola uang. Bayangkan masa depan Anda ketika nanti tua, apakah Anda akan menjadi orang yang bahagia dalam menjalani kehidupan ini atau justru terjerumus dalam kesusahan karena sewaktu muda Anda tidak pandai mengatur sirkulasi keuangan Anda? Semua itu harus Anda pikirkan mulai sekarang.
Kedua, berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Banyak orang yang menginginkan hidupnya, dari awal sampai akhir, berada dalam posisi yang nikmat, sama sekali tidak kekurangan. Impossible alias tidka mungkin. Orang yang Anda lihat mengarungi kehidupan yang tenang, bahagia dengan finansial yang cukup, tentu saja memulai dari kondisi yang sakit terlebih dahulu. Mereka bekerja keras dan cerdas untuk mencapai taraf kehidupan yang lebih nyaman. Jika Anda menginginkan kehidupan Anda seperti mereka, maka pun dituntut untuk bersakit-sakit dalam proses itu hingga pada waktunya nanti Anda tinggal menikmatinya saja.
Manusia yang telah mengetahui cara kerja hidup yang bermodal kesaktian, akan mengerti kemudian berupaya untuk menciptakan kehidupan yang bahagia dengan financial yang cukup. Cara pandang ini tidak bisa Anda tinggalkan agar Anda tidak kehilangan kendali, agar Anda tidak berupaya melakukan hal-hal yang buruk karena Anda menginginkan jalan cepat dan instan. Bersakit-sakitlah terlebih dahulu dalam membangun finansial Anda, kemudian setelah itu Anda bisa menikmati hasil dari kesakitan Anda sebelumnya.
Ketiga, tanamkan dalam hidup Anda bahwa sekecil apa pun hutang adalah kenyataan yang paling Anda benci. Dalam konteks ini, janganlah Anda terbiasa dengan utang. Janganlah membiarkan utang mendarah daging dalam hidup Anda. Sebisa mungkin Anda harus menghindar dari utang sebab kebiasaan itu sangatlah tidak baik. Caranya adalah mengatur keuangan sedemikian rupa. Gaji yang Anda terima setiap bulan, sebisa mungkin mencukupi kebutuhan penting Anda. Jangan sampai belanja Anda lebih besar dari gaji yang Anda terima.
Jika Anda memegang kartu kredit, Anda mungkin terbiasa menggunakannya untuk membeli sesuatu di saat gaji Anda sudah habis. Cobalah dipas-paskan gaji bulanan Anda untuk kepentingan selama satu bulan. Anda harus mampu mengerem keinginan Anda untuk bermewah-mewah yang mengakibatkan Anda berutang.
Keempat, ubahlah hidup Anda dari pola konsumtif ke pola produktif. Jika Anda sudah terbiasa dengan pola hidup yang konsumtif, maka mulai sekarang berupayalah memerangi diri Anda agar tidak selalu memiliki kecenderungan untuk mengonsumsi. Lebih bagus lagi jika Anda akan mulai memiliki kecenderungan produktif, dalam arti berupaya untuk menciptakan usaha yang bisa dilakukan di rumah maupun tempat yang Anda pilih. Sebagai contoh, ke kantor sambil menjual kue hasil kreasi Anda kepada teman-teman kantor atau menitipkan ke kantin.
Mengubah pola hidup tentu tidaklah mudah. Anda harus punya niat yang kuat untuk menjadikan hidup Anda ke depan lebih baik.
- Kebanyakan orang memiliki obsesi-obsesi yang bersifat konsumtif (misalnya liburan ke Bali, membeli mobil mewah, merenovasi rumah dan lain-lain.) Hanya sedikit dari mereka yang terobsesi untuk melakukan restrukturisasi aset dan membudidayakan uang agar bisa mendapatkan passive income. Mulai sekarang, upayakan untuk menciptakan sebuah kebiasaan yang akan mmebuat ruang kehidupan Anda menjadi lebih nyaman dan bermutu. Yudhi Pramudiana (2007) memberikan nasihat menarik ketika merespons sebuah iklan sebagai berikut “Kalau Anda mimpi ingin punya BMW, namun apa daya uang tak cukup, maka mulailah mengkreditnya agar Anda dapat segera mencicipi nikmatnya naik BMW, begitulah iklan mobil itu membujuk Anda. Saya tidak bermaksud mengiklankan BMW, tapi title dari iklan BMW di harian Kompas 2 Desember 2008, berbunyi ‘Stop Dreaming, Start Driving!’ memang layak untuk dijadikan petuah. Ini adalah pernyataan pengingat, kalau tidak bisa disebut sebagai teguran, agar kita selalu bertindak seimbang dan proporsional.”
“Kebanyakan orang memiliki obsesi-obsesi yang bersifat konsumtif. Hanya sedikit dari mereka yang terobsesi untuk melakukan restrukturisasi aset dan membudidayakan uang agar bisa mendapatkan passive income”.
Tentu saja nasihat itu sangat bermanfaat bagi Anda yang selama ini selalu berupaya memenuhi sesuatu yang sesungguhnya tidak bisa Anda lakukan dalam kehidupan ini. Kalau Anda bermimpi punya BMW kemudian Anda kredit BMW dan gaji Anda ternyata tidak mencukupi untuk perawatan dan lain sebagainya, maka tentu saja BMW yang Anda miliki tidak akan membawa Anda pada sebuah kondisi yang lebih nyaman, tetapi justru membuat Anda sengsara. Di situlah keseimbangan (balance) sangat dibutuhkan dlam hidup Anda.
Sebelum Anda memutuskan untuk mengkredit, terlebih pertimbangkan sebaik mungkin, apakah langkah Anda akan membawa Anda pada sebuah kondisi yang lebih baik? Pola pikir Anda akan mempengaruhi keseimbangan sebagaimana yang dimaksud di atas.
Disarikan dari buku: Instisari-Intisari Inspirasional Kecerdasan Finansial, Penulis: Amrin Ra’uf, Hal: 35-48.