Si Koes yang Maju Terus
Usia yang terus menggerus tak menyurutkan Yon Koeswoyo bermusik. Ia terus menghidupkan nama “Koes Plus”, kendati tinggal ia sendiri anggota asli yang tersisa. “Koes Plus harus tetap hidup selama kami masih ada,” katanya.
Koesyono–demikian nama lengkapnya—tak peduli meski dua personel lain, Yok Koeswoyo dan Murry, tak sanggup lagi mengibarkan bendera “Koes Plus” sepeninggal Tonny Koeswoyo, pada 1987. Yok memilih menjadi petani, Murry sakit-sakitan. Tapi, “Kadang-kadang kalau Yok atau Murry datang ke rumah, kami ngejamz bareng.”
Yon tak ingin menuanya diikuti tumpulnya fungsi otak. “Isi kepala harus diasah terus,” katanya. Yon rajin menjaga staminanya. Saban pagi ia berenang di kolam renang yang baru dibangunnya setahun belakangan. Sambil menunggu panggilan manggung, Yon berdiam di studionya untuk melukis. Obyek lukisannya kebanyakan dua anak dan istrinya yang berwajah permai. Puluhan lukisan itu cuma dipajang di studio mininya berukuran 3 x 15 meter, yang berada di dalam kompleks rumahnya. “Ada niat memamerkannya, tapi masih mikir,” kata dia.
Hidup yang sejahtera, ditandai dengan rumah dengan halaman luas, mobil tiga, anak-anak dan istri yang jauh lebih muda dan cantik amat disyukurinya. Yon, seperti yang dituturkannya, lahir dalam kondisi kurang gizi. “Kata Ibu, dulu saya benar-benar nggak seperti bayi hidup, kecil dan jelek sekali,” ujarnya.
Ayahnya, kendati bekerja sebagai pegawai pemerintah Hindia Belanda, tak bisa memberikan asupan gizi yang layak kepada delapan anak yang tersisa (si sulung meninggal saat dilahirkan). Kondisinya makin parah setelah Jepang datang. “Makin ancur-ancuran. Untuk makan, ibu harus menjual kain,” ujarnya.
Tak mengherankan bila kini Yon tinggal menikmati masa tuanya sembari tetap mengibarkan bendera “Koes Plus”.
Pesan-Pesan Saya Untuk yang Akan Memimpin Bangsa Ini
Bangsa Indonesia itu punya kemampuannya sendiri. Bung Karno pernah bilang, ini dadamu, mana dadamu. Intinya adalah, kita jangan jadi bebek. Saya sudah merasakannya dalam bermain musik, yaitu menggali budaya sendiri. Koes Plus itu ‘kan musik nasional yang menjadi fenomena kuat. Dulu lagu asing nggak bisa masuk ke Indoinesia setelah adanya lagu-lagu Koes Plus. Itu bisa menjadi contoh bahwa kita kuat sendiri.
Koes Plus menggali musik dari daerah sendiri. Kami menggali budaya Jawa. Kalau ada keriaan di Jawa, maka diputar Koes Plus Jawa, lalu Koes Plus Melayu, terus Koes Plus Pop Keroncong, dan kemudian
Koes Plus Qasidah dan Koes Plus Natal. Itu kan menggali budaya Indonesia, agar Indonesia menjadi negara berjiwa kuat.
Ini keroncong pertemuan ….
Itu penggalan salah satu lagu versi keroncong. Nggak ada lagu barat seperti itu iramanya. Itu berarti keluar dari jiwa bagus. Jadi, jangan yang ngetren saja yang ditonjolkan. Jadi, saya sebagai orang tua merasa miris dengan musik sekarang. Mbok ya jangan begitu. Lagu India dijiplak, sekarang lagi banyak kegilaan boysband, meniru Korea. Coba rasakan lirik lagu ini.
Mengapa….
Mengapa…
Hatiku merasa merana…
Coba, mana ada nada itu dinyanyikan orang Inggris, orang India. Saya sudah tua, tahu mana nada melayu dan yang bukan.
Kita boleh tertinggal pemikiran akan budaya dan pengetahuan dengan orang Eropa dan Jepang.
Tapi, mengapa kita tidak mempelajari kesana lalu mengelola tanah air kita dengan kemampuan kita.
Ada syairnya yang bisa kita nyanyikan dengan nada lagu Indonesia Raya.
Indonesia tanah surgaku, indah dan kaya raya.
Mari kita siap berkorban demi kemakmuran bersama.
Indonesia tanah pusaka, mari kita kelola,
Jangan sampai kita terlena tanpa daya upaya.
Tuntutlah ilmunya pelajari caranya kita kerjakan bersama
Jangan kau serahkan pada bangsa lain nanti kau akan kecewa
Intinya adalah, mari kita pelajari ilmunya, ayo kita kerjakan bersama-sama. Jangan engkau serahkan tanah air kita dikelola bangsa lain. Nanti kita akan kecewa.
Kalau kita mengingat, lagu Indonesia Raya, lagu itu lahir agar kita berjuang untuk merdeka. Sekarang kita berjuang untuk mengelola, jangan sampai tanpa daya upaya untuk kemakmuran bersama.
Indonesia Raya Tanahku Surgaku
Sangat indah dan kaya raya
Indonesia Raya Tanahku Surgaku
Sangat indah dan kaya raya
Selamat berkarya!
Sumber: Surat Dari & Untuk Pemimpin, Penulis: Yon Koeswoyo, Hal: 50-51.