Fitow Muncul, Danas Menyusul
Oleh: Yuni Ikawati
Siklon tropis yang meningkat, baik jumlah, intensitas, maupun kemunculannya dalam periode waktu yang sama, ditengarai mulai terjadi tahun 2009. Tren ini menunjukkan kian nyatanya dampak perubahan iklim atau pemanasan global.
Sejak muncul Jumat (4/10) lalu, energi Danas tergolong kuat. Pantauan satelit cuaca menunjukkan kecepatan siklon tropis ini di pusat pusaran pada Selasa (8/10) masih sekitar 120 kilometer per jam.
Sehari sebelumnya, kecepatannya bahkan dua kali lipat, yaitu 240 km per jam. Jepang mengklasifikasikan siklon tropis berkecepatan di atas 200 km per jam sebagai super-taifun (typhoon dalam bahasa Inggris)
Jepang dan Filipina menyebutnya taifun, di Indonesia disebut topan, di Amerika Serikat disebut tornado, hurricane di Samudra Atlantik Utara. Suatu siklon tropis dikategorikan taifun apabila mempunyai kecepatan angin lebih besar dari 118 km per jam berdasarkan standar yang ditetapkan Regional Specialized Meteorological Center (RSMC) Jepang. Siklon tropis yang disebut tornado berkecepatan 177 km per jam.
Adapun kecepatan badai tropis di intinya 62-117 km per jam.
Fitow dan Danas
”Danas diperkirakan meluruh pada Rabu (9/10) siang,” ujar Fachri Rajab, Koordinator Tropical Cyclone Warning Center Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). BMKG merupakan pusat pemantau siklon tropis di kawasan V berdasarkan ketentuan World Meteorological Organization (WMO). Pemantauan di kawasan utara menjadi tanggung jawab Jepang.
Terbentuknya Danas hanya berselang empat hari dari kemunculan Fitow, yang meluruh Senin (7/10). Selama tiga hari terjadi dua terjangan badai sekaligus. Kekuatan maksimum Fitow selama masa hidupnya tercatat 150 km per jam.
Kedua siklon tropis (disebut juga badai tropis) terbentuk di perairan Filipina bergerak ke arah barat dan berbelok ke barat laut. Daerah yang terdampak adalah selatan Jepang dan semenanjung Korea. Sebelumnya, Fitow memorakporandakan Taiwan.
Topan Fitow menerjang daerah pantai tenggara China. Inti Fitow, topan ke-23 yang menerjang China tahun ini, berada 680 km di sebelah timur Taipei. Topan tersebut bergerak ke arah barat laut. Menurut Pusat Meteorologi Nasional Taiwan (NMC), ini merupakan kondisi anomali. Tidak biasanya topan memasuki daratan China tenggara pada bulan Oktober.
Fitow mengakibatkan angin kencang dan hujan lebat di Taiwan, Provinsi Zhejiang, dan Fujian, di China. Fitow menyebabkan hujan lebat dan menimbulkan gelombang setinggi 12 meter. Kondisi ini menyebabkan aktivitas di pesisir dihentikan dan penduduk dievakuasi.
Perubahan Iklim
Menurut Edvin Aldrian, Kepala Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara BMKG, kejadian badai dengan kecepatan tinggi dan berbarengan merupakan dampak dari perubahan iklim alias pemanasan global. ”Pembuktiannya secara statistik masih sulit. Namun, tren menunjukkan hal tersebut. Logikanya karena pemanasan global menambah energi di atmosfer sehingga intensitas siklon tropis naik,” tutur Edvin.
Peningkatan suhu udara global ditengarai memperbesar ruang udara, mengakibatkan meningginya lapisan troposfer sebagai tempat pembentukan awan kumulonimbus (awan hujan). Dampak lanjutan adalah bertambahnya kejadian cuaca ekstrem, termasuk pembentukan badai tropis.
Keekstreman kondisi cuaca ditunjukkan oleh munculnya tiga siklon tropis dalam selang waktu tiga hari pada September 2009. Siklon tropis di kawasan utara itu adalah Ketsana (barat), Parma (tengah), dan Melor (timur). Badai tropis ini menerjang hingga ke Singapura.
Kehadiran Fitow yang merupakan badai tropis ke-23 terhitung sejak Januari. Adapun Danas, badai tropis ke-24, diperkirakan sebagai yang terakhir pada ”musim badai utara”. Kehadirannya ibarat gong pada gamelan, yaitu pukulan terakhir dan terbesar. Kondisi ini merupakan pengulangan dari kejadian tahun lalu.
Badai ke-23 tahun 2012 adalah Taifun atau Topan Bopha yang muncul di timur Filipina pada 27 November 2012. Ketika itu Bopha menimbulkan badai tropis di Laut China Selatan dan hujan sporadis di Jepang.
Kemunculan Bopha merupakan anomali karena umumnya badai di utara khatulistiwa terjadi pada April hingga Oktober. Sementara pembentukan badai di selatan khatulistiwa berlangsung pada November hingga Maret.
Kejadian siklon tropis sejalan dengan garis edar matahari yang bergeser periodik ke utara-selatan khatulistiwa. Paparan sinar matahari akan berdampak pada peningkatan suhu muka laut hingga terbentuk massa udara. Karena itu, kemunculan siklon tropis pun silih berganti, di utara dan selatan.
Karena efek koriolis, badai tropis hanya terjadi di daerah di luar 10 derajat lintang utara dan lintang selatan. Fenomena cuaca ini tidak bisa terjadi di daerah tropis seperti wilayah Indonesia.
Ketika ada badai, wilayah Indonesia hanya terkena dampak angin kencang dan curah hujan tinggi di beberapa wilayah yang terkena ekor badai. Dampak tidak langsung terhadap Indonesia berupa hujan dengan intensitas sedang hingga lebat dan angin kencang. Selain itu, gelombang setinggi lebih dari 3 meter akan muncul di laut.
Sumber: KOMPAS, Kamis, 10 Oktober 2013.