Lokakarya Penguatan Posdaya Komunitas dan Jejaring Kerja HIV/AIDS Jawa Tengah, Purwokerto, 20 Mei 2013
Benar, kita di sini tak pernah berjumpa Ajahn Chah, seorang bhikku Buddhis di Thailand sana. Apalagi mengingat pesannya kepada salah seorang muridnya,”Jika kamu mau menyapu, curahkanlah semua yang ada pada dirimu”. Biar begitu, semangat ketotalan itu hadir pula dalam inovasi Posdaya Komunitas dan Jakerpemas yang digagas para penggiat HIV/AIDS di Jawa Tengah sini. Inovasi ini sebuah refleksi kejenuhan pada pola intervensi HIV/AIDS yang terlalu bergairah menjangkau virus semata. Untuk itulah workshop ini berniat: membedah gagasan, serta menyusun langkah strategis dan taktis untuk mewujudkannya.
Dilaksanakan di Queen Garden Hotel Baturaden Purwokerto, dimulai 20 Mei 2013 tepat di Hari Kebangkitan Nasional, lokakarya berlangsung selama 2 hari penuh hingga malam. Hari pertama, diskusi fokus membicarakan Posdaya Komunitas yang dikembangkan Lembaga Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya dan Lingkungan Hidup (LPPSLH). Alfa Edison, komandan LPPSLH, hadir beserta seluruh tim program yang terdiri Bangkit Ari Sasongko sebagai Manajer Program Perkotaan, Kris Maulana dan Karsim yang berjibaku di lapangan, Riyanto yang mengatur arus keuangan, Barid Hardianto sebagai Manajer Program Kehutanan yang ditugaskan mendampingi pengorganisasian, Gunawan yang menangani invtervensi di kampung slump. Ikut pula Rulia Iva, relawan di Posdaya Komunitas Pendidikan. Ada juga Andy yang kuat di pengolahan data; serta Adni, relawan Griya Asa.
Setelah sedikit pembukaan segar dari Bangkit, Kris segera memaparkan perjalanan implementasi Posdaya Komunitas di Gang Sadar. Gang Sadar merupakan kompleks inapan bagi para wanita pekerja seks di Baturraden, Purwokerto. Fasilitasi Nasrun Hadi, peneliti dan aktivis lama di isu HIV/AIDS, membuat perbincangan selanjutnya menjadi sangat efektif. Hingga malam hari, semua orang dapat menyepakati hal-hal utama yang penting dikerjakan selama 5 bulan.
Monitoring dan evaluasi layanan kesehatan yang telah berjalan merupakan pekerjaan yang perlu segera dikembangkan dalam masa 5 bulan itu. Diiringi pula pengembangan tata laksana layanan kesehatan berbasis komunitas, serta tata kelola keuangannya. Untuk inisiasi aspek ekonomi komunitas akan dimulai dengan memetakan pola relasi dan arus kas di komunitas, yang nantinya akan dapat dimanfaatkan untuk pengembangan konsep intervensi penguatan ekonomi. Seluruh hasil kerja tersebut akan menjadi bahan bagi pengembangan rencana strategis dan rencana taktis tahun pertama Posdaya Komunitas.
Eko Komara, NM Ruliady, Tino Yosepyn dan Suhendro”Ebbe”Sugiharto, hadir pula sebagai tim Penabulu. Sedangkan dari Program SUM-2 diwakili oleh Hudallah.
Di hari kedua ikut bergabung teman-teman dari Semarang. Nurcahyono Ednoputranto dan Anggipita Budi Mahardining dari Graha Mitra, Risya Islamy dan Wiwik dari Griya Asa, dan Pascalis Abner dari Binterbusih yang memadukan gaya khas Timur Indonesia dengan kealusan Jawa Tengah. Dimulai jam 10 pagi, hingga malam, diskusi membahas tentang Jaringan Kerja Pemberdayaan Masyarakat atau Jakerpermas, sebuah gagasan untuk menyatukan organisasi penggiat HIV/AIDS di Jawa Tengah dan mendorong pengembangan program yang lebih inovatif.
Rasanya perlu memberi catat tersendiri apa yang disampaikan mas Alfa, bahwa semangat Jakerpermas semestinya bukan hanya mencari dukungan proyek, tetapi untuk merumuskan sebuah permodelan konsolidasi kerja yang mempertimbangkan komunitas, realitas kini kelembagaan, dan tantangan support. Serta apa yang disampaikan bung Paskalis, bahwa Jakerpermas bukan hanya tentang Jawa Tengah, tetapi juga Indonesia. Juga mengenai strategi mengajak organisasi atau individu lain yang cukup tepat dan nyaman menyelaraskan perbedaan cara pendang, keinginan, kebutuhan, juga luka-luka lama pengalaman berjejaring di isu HIV/AIDS di Jawa Tengah.
Semua pihak lalu bersepakat mempercepat mewujudkan gagasan ini dengan mengagendakan lokakarya lanjutan di Semarang, pada tanggal 5 dan 6 Juni 2013 yang dihadiri pimpinan empat organisasi penggagas Jakerpermas. Lokakarya ini bermaksud membangun rekomitmen lebih nyata dari para pihak, menemukan tantangan kerja konsorsium, mereview nota kesepahaman dan hasil rapat pada tanggal 3 Mei 2013 (3/5/13) berikut perkembangan terkini, serta menyusun agenda pengondisian awal pembentukan Jakerpermas.
Walau serius, suasana dibuat rileks oleh sisipan lontaran ringan. Huda yang ramai dengan kambing organik, kata episentrum yang dicatat khusus Karsim, ledekan asik bergaya Banyumas dari Bangkit, senyuman mas Yoyok meski dikritik ledekan. Sepertinya, keseriusan dan keterbukaan itu menjadi modal baik untuk bersama mewujudkan gagasan ini, bagi Jawa Tengah dan bagi Indonesia. Sekaligus menguatkan doa saat menutup perjumpaan di jam sembilan malam. (TY)