CAPDI Fokus pada Rekonsiliasi Konflik dan Perubahan Iklim
MAKASSAR, KOMPAS – Para tokoh yang tergabung dalam Centrist Asia-Pacific Democrats International atau CAPDI bertekad memperkuat peranan mereka dalam rekonsiliasi konflik dan antisipasi perubahan iklim. Kedua topik itu menjadi fokus pembahasan sidang kedua Majelis Umum CAPDI di Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (20/5).
Konferensi CAPDI kali ini dihadiri ratusan peserta dari 19 negara. Beberapa tokoh penting yang hadir, antara lain, Ketua CAPDI yang juga mantan Wakil Presiden RI M Jusuf Kalla, Perdana Menteri Kamboja Hun Sen, mantan Presiden Filipina Fidel Ramos, mantan Ketua DPR Filipina Jose de Venecia, dan mantan Perdana Menteri Nepal Madhav Kumar.
”Demi generasi masa depan, kita harus percaya pada kemungkinan dunia tanpa perang. CAPDI harus mengambil peran penting dalam penyelesaian konflik yang akhir-akhir ini melanda sejumlah kawasan Asia,” kata Kalla. CAPDI merupakan organisasi nonpemerintah yang beranggotakan pemimpin dan mantan pemimpin negara, partai politik, tokoh masyarakat, akademisi, dan pengusaha.
Beberapa konflik yang menyita perhatian CAPDI antara lain perselisihan Korea Utara dan Korea Selatan, kekerasan sektarian di Myanmar, konflik antara Malaysia dan milisi Sulu di Sabah, serta sengketa wilayah di Laut China Selatan yang melibatkan China dengan sejumlah negara di Asia Tenggara.
Menurut Jose de Venecia, hal itu menjadi tantangan yang tak mudah bagi CAPDI. ”Penyelesaian konflik dua negara di Semenanjung Korea dan sengketa di Laut China Selatan boleh dibilang cukup sulit ditengahi. Namun, kita tidak boleh menyerah,” ujar Venecia yang juga menjabat Presiden CAPDI.
Optimisme juga disampaikan PM Hun Sen mengingat para anggota CAPDI memiliki pengalaman menangani sejumlah konflik, seperti perselisihan Indonesia dengan Timor Timur (kini Timor Leste), persoalan separatis di Aceh dan Kamboja, serta konflik di Filipina Selatan.
Hun Sen mengajak semua anggota CAPDI untuk terus melawan berbagai ancaman yang mengganggu stabilitas negara, mulai dari konflik perbatasan, konflik agama, terorisme, senjata nuklir, perdagangan manusia, hingga pemanasan global dan perubahan iklim yang sudah sangat mengkhawatirkan.
Untuk mengantisipasi isu perubahan iklim, misalnya, CAPDI bekerja sama dengan International Ecological Safety Collaborative Organization (IESCO) membentuk organisasi baru, yakni Global Parties Ecological Safety Alliance, yang mewadahi seluruh bangsa dalam memerangi perubahan iklim.
Ketua Jurusan Hubungan Internasional Universitas Hasanuddin Adi Suryadi Culla mengemukakan, CAPDI memiliki peran strategis untuk menuntaskan berbagai persoalan, terutama ketika organisasi pemerintah menemui jalan buntu.
”Sejumlah persoalan domestik tak bisa diselesaikan oleh organisasi pemerintah karena rentan dianggap mencampuri urusan negara lain. CAPDI bisa mengambil alih kebuntuan itu,” ungkap Adi. (RIZ)
Sumber: KOMPAS, Selasa, 21 Mei 2013.