SDM Harus Solid dan Kuat
Oleh: Abun Sanda
Sebagai pengembang berpengalaman, Harun Hajadi selalu ekstra hati-hati mengembangkan sayap usaha. Ia baru akan menyatakan ”ya” atau ”jalan” kalau ia yakin benar perusahaan baru yang akan dibuka itu benar-benar bersih dari masalah pelik, dan mengandung prospek ke depan sangat baik. Setelah fase itu, Harun Hajadi akan turun sendiri ke lapangan, mengatur segala sesuatu dengan cermat dan penuh perhatian. Ia tidak membedakan mana proyek besar dan mana proyek kecil. Semua ia beri perhatian penuh sehingga para anggota staf tidak berani bercanda saat bekerja.
Kendati sangat cermat dan hati-hati, Chief Executive Officer Ciputra Surya Tbk ini termasuk langkas dan cepat membuka usaha baru. Selain megaproyek di Surabaya, Ciputra Surya memiliki setidaknya 16 proyek besar di 15 kota besar di Indonesia. Semua proyek itu memberi warna khas sentra hunian dan pusat bisnis.
”Bagi saya, untung itu memang harus, lha wong ini, kan, lembaga bisnis. Namun, yang lebih penting dari laba adalah bagaimana melahirkan karya yang bermakna bagi publik,” ujar Harun Hajadi di Jakarta pekan lalu.
Berikut petikan wawancara dengan Harun Hajadi, penyuka lukisan, patung, renang, dan musik.
Sebagai CEO, Anda dikenal galak dan keras, mengapa?
Mungkin lebih pas kalau dikatakan saya tegas dan tidak kompromi ketimbang dibilang galak dan keras. Saya memang tidak suka main-main kalau bekerja. Kerja ya kerja, main ya main. Ini dua soal yang berbeda. Jadi, kalau ada staf yang bekerja tidak serius, apalagi kalau pekerjaannya sampai tidak benar, ya tentu saya tegur keras. Saya kira ini langgam yang lumrah, tidak berlebihan.
Tidak kompromi dalam hal apa?
Tidak kompromi terutama soal moral atau integritas. Misalnya, dalam kultur perusahaan kami, integritas adalah salah satu hal yang amat penting. Semua karyawan, termasuk saya, tidak boleh menerima pemberian dari konsumen. Menerima Rp 50.000 saja, kalau ketahuan dan terbukti, dipecat. Perusahaan tidak main-main dalam hal integritas.
Ketika harus memecat karyawan tersebut, iya jujur saja, kami sedih juga. Namun, kami semua menyadari, kalau kami menoleransi hal-hal seperti itu, persoalan akan menjadi semakin meluas, rumit, dan tidak keruan. Ini sungguh tidak kami kehendaki. Mau ke mana perusahaan ini kalau integritas karyawan banyak yang diragukan. Jangan lupa salah satu hal yang membuat sebuah perusahaan dipandang orang adalah karena personalnya memiliki integritas yang baik. Staf yang cerdas tentu sangat baik, tetapi akan lebih baik kalau juga memiliki integritas yang tinggi.
Anda sangat menekankan pentingnya sumber daya manusia?
Itu, kan, kekuatan dan salah satu faktor penting sukses tidaknya sebuah perusahaan. Saya bersyukur karena perusahaan kami termasuk solid untuk SDM. Perpindahan karyawan ke perusahaan lain termasuk amat rendah.
Namun, kini kami termasuk direpotkan karena jumlah tenaga SDM belum mencukupi. Anda tahu perusahaan berkembang luar biasa cepat. Kami bukan hanya berkembang pesat di Jakarta dan sekitarnya, Surabaya dan sekitarnya, tetapi juga di hampir 20 kota besar dan sedang di Indonesia. Di sejumlah negara, grup ini juga butuh SDM yang kuat.
Salah satu faktor yang membuat kami agak kekurangan tenaga SDM adalah, pernah suatu masa, ketika krisis ekonomi mendera pada periode 1998-2003, kami hentikan sama sekali penerimaan karyawan baru. Akibatnya, terasa sekarang, kami kehilangan satu generasi karyawan yang dampaknya kami rasakan sampai sekarang.
Apakah penghentian penerimaan SDM sebuah kesalahan?
Tidak. Sama sekali tidak. Ketika itu, keadaan memang mengharuskan kami tidak menerima karyawan. Krisis terlampau hebat. Kalau kami asal terima waktu itu, wah, pasti akibatnya panjang. Kini, dalam situasi begini kami optimalkan karyawan yang ada. Di satu proyek di kota-kota di luar Jakarta dan Surabaya, kami tempatkan 20-30 orang, tergantung size. Di kota besar, seperti Jakarta, kami mempunyai sekitar 120 orang, unsur pimpinan, dan staf.
Di sejumlah kota, kami menempatkan sejumlah staf dengan kualifikasi general manager (GM) dan senior GM. Dalam bahasa saya, mereka yang sudah masuk dalam golongan GM, apalagi GM senior, sudah masuk dalam apa yang disebut ”elite club”. Mereka sudah tahu benar apa tugasnya. Mereka mengerti apa yang perusahaan ”suka” dan ”tidak suka”. Para GM pun sadar bahwa mereka harus mengembangkan SDM. GM senior malah diharuskan mengembangkan SDM yang berkelas sehingga mengembangkan tenaga berkelas agar kelak menjadi GM-GM yang baru.
Kami membuka kesempatan kepada tenaga-tenaga andal untuk meraih impian mereka, di antaranya dengan menyekolahkan mereka, dalam apa yang disebut sebagai program ”mini MBA” di perguruan tinggi bermutu. Ini salah satu jalan untuk mengejar kualitas SDM.
Harga rumah Anda terkesan mahal, bagaimana rumah untuk rakyat kecil?
Kalau disebut mahal itu seperti apa? Harganya berapa? Di perumahan yang kami bangun ada yang harganya sampai Rp 5 miliar. Apakah ini mahal? Tergantung bagaimana kita melihatnya. Sebab, rumah dengan harga seperti itu memang mempunyai luas tanah dan bangunan yang memungkinkan mahal. Lokasinya juga strategis, sebutlah di tepi danau atau persis di tepi lapangan golf.
Kami juga menjual rumah yang harganya di bawah Rp 1 miliar. Apakah ini murah? Juga tergantung dari mana kita melihatnya. Rumah di Yogyakarta, misalnya, banyak yang mengira bisa dapat murah. Lha, bagaimana, ya, harga tanah yang kami beli saja sudah sangat tinggi. Selain itu, juga ada ongkos produksi dan biaya dari sebuah kreasi.
Namun, di wilayah tertentu, grup kami bisa menjual rumah dengan harga relatif terjangkau rakyat menengah ke bawah, kok, karena kondisinya memang memungkinkan.
Bagaimana dengan keluarga?
Saya sangat sibuk, tetapi saya tidak mau dibelenggu pekerjaan dan target. Saya tetap membuka ruang untuk rileks, menjaga kesehatan dengan berolahraga teratur. Saya membutuhkan oase yang sangat menyejukkan, dan itu ada di rumah. Saya sangat menikmati kebersamaan dengan istri Junita Ciputra, lalu dengan ketiga anak kami, Cipta Harun (20), Pitra Harun (19), dan Tri Harun (16).
Sumber: KOMPAS, Senin, 18 Maret 2013.