Strategi Hijau Para Kampiun Global (Bagian 1/4)
Proses bisnis yang bersahabat dengan lingkungan ternyata mampu meningkatkan daya saing. Inilah strategi hijau yang dijalankan jawara bisnis global berbagai industri.
Menjadi organisasi yang “hijau” terbukti tak menghambat pencapaian laba. Bahkan sebaliknya, kepedulian terhadap lingkungan dapat meningkatkan kinerja bisnis. Lihat saja IBM Corp. Diakui berbagai lembaga riset sebagai salah satu lembaga “terhijau”, kampiun industri teknologi informasi ini mampu terus bertengger di posisi terhormat jajaran Fortune 500.
“Menjadi ‘hijau’ tak cukup dengan hanya ngomong bahwa kita sadar lingkungan dan tantangannya,” ujar Don Tennant, Pemimpin Redaksi Computerworld. Waktu itu, Februari 2008, majalah TI mingguan ini menahbiskan sang Raksasa Biru sebagai Top Green IT Company karena, “IBM telah menaruh perhatian serius pada dampak (bisnis) mereka terhadap lingkungan dan bagaimana mengatasi tantangan tersebut melalui pendekatan bisnis yang baik-inisiatif Proyek Big Green yang fokus pada teknologi dan pelayanan yang efisien energi.”
Sekitar 2005, para petinggi IBM memperkirakan bahwa pada 2009 biaya untuk memberi power dan mendinginkan pusat data bakal lebih besar ketimbang biaya pengadaan server. Proyek Big Green yang diluncurkan pada Mei 2007 dimaksudkan buat menangkal kemungkinan yang tak menguntungkan ini. Melalui proyek raksasa ini, IBM ingin mendongkrak efisiensi server yang pada waktu itu cuma mencapai 30% kapasitas. Peningkatan efisiensi menjadi 60% kapasitas akan memangkas sampai 42% biaya listrik untuk TI yang harus dibayar pelanggan.
Mengapa kampiun industri TI yang bermarkas si Armonk, New York, itu rela membenamkan investasi demikian besar, US$ 1 miliar/tahun, untuk kepentingan pelanggan?
Disinilah letak keindahan pendekatan bisnis yang diayun IBM. Sejak dihantam krisis akibat pasang naik popularitas komputer personal (PC) pada 1990-an, IBM telah mengalihkan fokus bisnisnya dari menjajakan produk (komputer mainframes) jadi menawarkan jasa berbasis peranti lunak. Pada 2007 itu, karena lebih banyak menjual jasa computing-server space, kapasitas processing-ketimbang peranti computer, peningkatan efisensi sistem yang ditawarkan secara langsung akan mendongkrak profitabilitas IBM.
“Lembaga yang jual computer tentu ingin menjual sebanyak mungkin server tanpa peduli besarnya power yang dikonsumsi dan pendinginan yang diperlukan mesin itu,” ujar Mike Brown. “(Namun), lembaga yang menjajakan jasa computing tentu menginginkan server paling efisien yang bisa dibuat.”
Lembaga yang telah berhasil menyesuaikan model bisnisnya sedemikian rupa seperti IBM, masih menurut Brown, paham betul bahwa pengatasan masalah sustainability akan mengubah beban atau biaya menjadi peluang untuk efisiensi dan, ujungnya, meningkatkan laba. Pendiri Brown & Wilmanns Environmental, lembaga konsultan lingkungan yang dipercaya oleh lembaga bereputasi hijau semacam Nike dan Timberland, Aveda (anak usaha Estee Lauder yang merupakan pesaing Body Shop), Ben & Jerry’s ini tentu tak sembarangan bicara.
Kenyataannya, selain berkibar di posisi puncak Global Green Rankings 2010 versi Newsweek, IBM yng telah memiliki kebijakan superketat terkait lingkungan sejak 1971 juga menempati posisi terhormat dari sisi bisnis. Pada 2012, misalnya, Fortune menempatkannya di peringkat ke-2 jajaran Lembaga Terbesar Amerika Serikat dari segi jumlah karyawan, posisi ke-4 dari segi kapitalisasi pasar, ke-9 dari segi laba, dan ke-19 dari segi pendapatan.
Masih kurang? IBM juga menempati posisi ke-31 jajaran Lembaga Terbesar Dunia dari segi pendapatan (versi Forbes, untuk 2011). Selain itu, pada 2011/2012, IBM juga diakui sebagai lembaga terbaik bagi para pemimpin bisnis (Fortune), ke-2 terbaik untuk merek global (Interbrand), ke-5 dalam jajaran Lembaga yang Paling Dikagumi (Fortune), dan ke-18 dalam jajaran Lembaga Paling Inovatif (Fast Company).
IBM bukanlah satu-satunya usaha teknologi yang memiliki komitmen tinggi terhadap sustainability-baik lingkungan maupun bisnis. Pada Global Green Rankings 2011 yang menempatkan IBM di peringkat ke-2 Lembaga Terhijau Dunia, Newsweek menempatkan empat nama lain dalam jajaran Top 25: Hewlett-Packard (ke-15), Sprint Nextel (ke-16), Baxter (ke-24) dan Dell (ke-25). Dari luar AS, usaha teknologi lain yang menempati posisi terhormat antara lain berasal dari India, yaitu Tata Consultancy Services (ke-7) dan Infosys (ke-8).
Penulis: Prih Sarniato,
Disarikan dari Majalah: SWA, Halaman: 78-83