Seni Meramu Tiga Pilar: Medco E&P Indonesia (Bagian 1/2)
Tempatkan Pengelolaan Lingkungan Sebagai Bagian dari Sistem Produksi
Penghargaan terkait pengelolaan lingkungan bukan hal baru bagi PT Medco E&P Indonesia. Yang teranyar, akhir tahun lalu Medco Energi berhasil menjadi pengusaha eksplorasi dan produksi minyak dan gas pertama yang memperoleh peringkat Emas dan Kementerian Lingkungan Hidup dalam program Peringkat Kinerja Perusahaan (Proper) untuk Blok Rimau di Sumatera Selatan.
Selain itu, Medco Energi juga memperoleh Peringkat Hijau untuk tiga blok migas EP lainnya, yaitu Blok South Sumatra Extension (Sum-Sel), Blok Tarakan (Kalimantan Timur) dan Blok Kampar (Riau). Penghargaan Proper tersebut diserahkan langsung oleh Wakil Presiden RI Boediono kepada Frila Berlini Yaman, Presiden Direktur Medco E&P Indonesia – anak usaha PT Medco Energi Internasional Tbk.
“Medco E&P Indonesia merupakan organisasi yang dapat dikategorikan organisasi yang fully integrated in adopting environmental quality,” ujar Tjandra Setiadi, Juri Green Company asal Institut Teknologi Bandung. Organisasi ini menempatkan pengelolaan lingkungan sebagai bagian dari sistem proses produksi sehingga meningkatkan economic benefit, tanpa memberikan dampak yang merugikan bagi lingkungan tetapi malah membuat sejahtera masyarakat sekitarnya. Dengan demikian, Medco Energi bisa menjadi contoh usaha ekplorasi minyak dan gas bumi Indonesia yang dapat mengelola lingkungannya dengan baik.
Menurut Frila, sejak awal dibangun dan beroperasi, Medco Energi memang selalu memperhatikan tiga landasan utama agar tetap sustainable, yaitu menjaga lingkungan hidup (planet), berdampingan dengan masyarakat sekitar (people), dan tetap menjaga keberlanjutan pertumbuhan ekonomi (profit). “Tiga P yang tidak terpisahkan. Saya melihatnya seperti kursi. Kalau satu kakinya hilang, jadi tidak berimbang,” katanya mengibaratkan.
P pertama adalah people. Dijelaskan Frila, people adalah gambaran mereka yang bekerja di organisasinya (karyawan) dan juga mereka yang berada di luar cakupan organisasi tetapi tetap merupakan stakeholder organisasinya, terutama masyarakat di mana organisasinya berada. “Saat ini, kebanyakan operasi Medco di Indonesia itu itu on shore. Hanya satu aset kami yang off shore. Yang lainnya, dari 10 kontrak yang kami miliki, berada di komunitas yang padat. Terutama di daerah operasi terbesar kami, Sumatera,” katanya.
Nah, agar usahanya bisa langgeng berada di dalam komunitas tersebut, salah satu caranya adalah dibuatlah sejumlah program CSR. Contohnya, pembuatan irigasi dan penanaman padi organic SRI (System Rice Intensification) dan budidaya lele organik. Program CSR ini dilakukan secara bersama antara karyawan dan masyarakat disekitar operasi. Program CSR ini bisa memperdayakan masyarakat setempat sehingga taraf hidup dan kesejahteraannya meningkat. Hasilnya bisa terlihat dengan lahirnya institusi ekonomi lokal di sekitar perusahaan. Misalnya, berdirinya rumah makan, kelompok tani dan koperasi terkait program budidaya lele organik.
Oleh: Dede Suryadi & Gustyanita Pratiwi
Disarikan dari: Majalah SWA, Halaman: 47-48.