Kreativitas tidak Tergantung pada Pendidikan dan Kecerdasan
Beberapa tahun yang lalu, seorang laki-laki yang telah meninggalkan bangku sekolah tanpa pernah belajar membaca atau menulis, melamar untuk menjadi seorang tukang sapu. Pendidikan formalnya yang tidak memadai diketahui ketika dia di minta untuk mengisi sebuah formulir dan dia tidak dapat melakukannya. Lamarannya ditolak, laki-laki itu meninggalkan kantor tersebut dengan sedih.
Nekat untuk mendapatkan uang, dan karena dia selalu menyukai alam dan kebun, dia membuka sebuah kios kecil di desanya menjual bunga-bunga dan tanaman.
Usaha ini sangat sukses dan dalam waktu singkat dia sudah memiliki dua kios, kemudian menjadi empat kios, dan kemudian sejumlah besar kios lainnya di daerah tersebut.
Selama bertahun-tahun, usaha laki-laki itu berkembang dan terus berkembang.
Dia bahkan menjadi salah seorang pesohor lokal yang terkenal karena energi, antusiasme, dan kreativitasnya.
Suatu hari, salah seorang karyawannya (yang sekarang jumlahnya sudah sangat banyak) menyarankan dia menuliskan pengalaman bisnisnya ke dalam sebuah buku, sehingga orang lain pun dapat mencoba gagasan-gagasannya.
Karyawan tersebut terkejut ketika dia mengetahui bahwa orang yang mempekerjakannya tidak pernah belajar membaca atau menulis.
“Hanya berpikir!” serunya, “Apa yang dapat Anda capai di muka bumi ini apabila Anda mampu membaca?”
“Jawabnya mudah,” balas laki-laki itu. “Saya sudah menjadi seorang tukang sapu.”
Kreativitas tidak harus tergantung pada pendidikan dan kecerdasan.
Disarikan dari buku: Tales for Change, penulis: Margaret Parkins.