Memilih Metode yang Cocok menurut Kriteria
Memilih Metode yang Cocok menurut Kriteria
Setelah Anda mengembangkan serangkaian metode, Anda perlu memilih metode-metode yang khusus yang akan Anda gunakan. Kriteria yang perlu Anda pertimbangkan dalam memilih sebuah metode untuk mengukur indikator tertentu adalah:
- Keakuratan dan Kehandalan. Berapa banyak error terjadi dalam pengumpulan data dengan menggunakan metode tersebut? Seberapa tinggi derajat pengulangan hasil-hasil pengukuran?
- Efektivitas Biaya. Apa yang dituntut oleh metode tersebut dalam hal investasi sumber daya? Apakah ada cara yang lebih murah untuk mendapatkan data yang sama?
- Kelayakan. Apakah tim proyek mempunyai orang-orang yang dapat menggunakan metode tersebut?
- Ketepatgunaan. Apakah metode tersebut masuk akal dalam konteks proyek ini? Apakah secara budaya cocok?
Konsep-konsep di balik kriteria untuk memilih sebuah metode mungkin paling baik dijelaskan dengan menggunakan contoh yang bukan dari proyek konservasi dan pembangunan. Bayangkan seorang pedagang kaki lima di pasar yang sedang mencoba menjual buah tertentu dalam kantong-kantong 10 kilogram. Pedagang tersebut memiliki sejumlah peralatan berbeda untuk menimbang kantong-kantong buah tersebut. Pilihan-pilihan ini termasuk mengira-ngira beratnya dengan hanya menaruh buah di kantong-kantong, membandingkan beratnya dengan memegang kantong
tersebut di satu tangan dan sebuah kantong yang telah ditimbang seberat 10 kilogram di tangan yang lain, menggunakan timbangan mekanis sederhana, dan menggunakan timbangan berkomputer dengan teknologi tinggi. Tantangannya adalah bagaimana memilih metode yang cocok untuk digunakan dalam menimbang buah-buah tersebut.
Keakuratan dan kehandalan. Kriteria pertama yang harus dipertimbangkan pedagang kaki lima adalah seberapa persis ukuran timbangan kantong buah. Ketepatan memiliki dua komponen keakuratan dan kehandalan. Keakuratan mengacu derajat error yang terdapat dalam pengukuran. Misalnya, menebak berat buah dalam sebuah kantong akan mengakibatkan timbangan yang tidak akurat tidak sulit untuk membayangkan bahwa kantong-kantong yang diisi pedagang dengan menggunakan metode ini dapat memiliki berat antara 7 dan 13 (10 ± 3) kilogram.
Bila dia membandingkan berat dengan sebuah standar dengan menggunakan tangan, dia dapat menghasilkan kantong-kantong yang beratnya antara 9 dan 11 (10 ± 1) kilogram. Dengan menggunakan timbangan mekanis, berat kantong-kantong tersebut dapat berkisar antara 9,5 dan 10,5 (10 ± 0,5). Dan akhirnya, dengan menggunakan timbangan yang berkomputer, beratnya mungkin antara 9,99 dan 10,01 (10 ± 0,01) kilogram. Jelas sebagian dari metode yang ada lebih akurat daripada yang lain.
Kehandalan mengacu pada besarnya peluang dari hasil yang didapatkan dengan menggunakan metode tersebut akan dapat diulang. Misalnya bila pedagang mengisi kantong dengar. memperkirakan beratnya, setiap kantong mungkin akan mempunyai jumlah buah yang berbeda. Namun bila dia menggunakan timbangan berkomputer, jauh lebih mungkin bahwa setiap kantong akan mempunyai jumlah buah sama. Kehandalan metode tertentu, sampai tingkat tertentu, berhubungan dengan keakuratannya. Namun bila metode tersebut bias secara sistematis, maka mungkin metode itu handal walaupun tidak akurat.
Mari kita sekarang melihat rangkaian metode yang telah diidentifikasi di bagian sebelumnya untuk Skenario Hutan Tropis. Menggunakan data kepadatan rotan dari kepustakaan untuk memperkirakan kepadatan rotan di lokasi hutan, mungkin akan kurang akurat dibandingkan dengan metode-metode lain. Di lain pihak, menghitung setiap tumbuhan rotan akan sangat akurat (dengan asumsi bahwa Anda benar-benar dapat melakukannya).
Sepintas lalu, memperkirakan kebutuhan uang tunai rumah tangga berdasarkan atas pembelian tampaknya akan kurang akurat dibandingkan dengan mewawancarai semua rumah tangga di kawasan tersebut. Namun, ketika berurusan dengan manusia sebagai subjek, kita selalu perlu menjaga kemungkinan adanya bias dalam wawancara. Jadi, seperti akan kita lihat, bila orang dalam kebudayaan tertentu tersinggung diwawancarai tentang penghasilan mereka, atau mereka malu tentang kemelaratan mereka, mungkin mereka akan memberikan jawaban yang bias.
Efektivitas. Kriteria kedua yang perlu dipertimbangkan pedagang kaki lima tersebut adalah efektivitas biaya, yaitu tukaran (trade-off) atau perbandingan kelebihan kekurangan antara seberapa akurat dan handal penimbangan yang dia perlukan dan seberapa banyak uang dan sumber daya lain yang harus dia keluarkan untuk melakukan penimbangan tersebut. Bila hasil yang dia jual sangat berharga (misalnya dia menjual emas, bukan buah), maka akurasi adalah penting baik sang pedagang maupun konsumennya mempunyai kepentingan besar dalam menjamin agar beratnya tepat.
Dalam hal ini timbangan yang menggunakan komputer mungkin masuk akal, bahkan bila itu merupakan yang paling mahal. Lebih jauh lagi, bila sang pedagang berurusan dengan emas, dia juga mungkin mampu memiliki timbangan berkomputer yang mahal. Namun, seandainya dia menjual buah-buahan biasa, maka akurasi kurang penting. Dan juga, sepertinya dia tidak akan memiliki cukup uang untuk membeli timbangan berkomputer. Bahkan bila dia memiliki uang, tidak masuk akal untuk memilikinya.
Timbangan mekanis atau bahkan proses perkiraan adalah cukup akurat dan penjual tersebut dapat menggunakan tabungannya untuk mengurangi harga buahnya (sehingga lebih murah dibandingkan saingannya) atau membeli barang lain yang diperlukan untuk rumah tangganya. Dengan melihat serangkaian metode yang diajukan dalam contoh yang kami berikan dalam Skenario Hutan Tropis, ada perbedaan-perbedaan yang jelas dalam hal biaya dan efektivitas.
Bekerja dengan masyarakat untuk membuat peta sketsa hutan, atau menggunakan kompas dan pita ukur untuk memetakan daerah hutan pada petak-petak topografis yang ada, mungkin akan menghasilkan peta yang secara teknis kurang akurat, tetapi metode tersebut akan juga relatif murah. Dengan menggunakan sistem berbasis GPS/GIS, bagaimana pun akan menghasilkan peta yang sangat akurat dalam teori, tetapi akan menuntut investasi besar dalam perangkat lunak dan perangkat keras, dan lebih penting lagi, dalam waktu dan tenaga staf.
Kelayakan. Kriteria ketiga yang harus dipertimbangkan sang pedagang adalah kelayakannya untuk menggunakan setiap metode. Efektivitas sebuah metode tertentu bergantung kepada kemampuan penggunanya. Bila pedagang tersebut tidak tahu bagaimana menggunakan timbangan berkomputer, maka dia akan memperoleh hasil yang sangat tidak akurat, atau bahkan tidak menggunakannya sama sekali, jadi dia kehilangan investasinya. Akan lebih baik bila dia menggunakan teknologi yang lebih sederhana seperti timbangan mekanis, walaupun secara teoretis kurang akurat.
Sebagai ketentuan umum dalam proyek, adalah paling baik untuk mencoba mempertahankan metode sesederhana mungkin. Ketergantungan terhadap metode-metode yang kompleks akan sering menghambat proyek untuk maju. Misalnya, apabila sebuah proyek merencanakan untuk menggunakan sistem GPS/GIS untuk memetakan habitat hutan, adalah penting bahwa staf proyek mengetahui bagaimana menggunakan dan memelihara seluruh peralatan tersebut.
Demikian juga, apakah proyek tersebut sedang melakukan transek untuk mengukur kepadatan rotan atau survei rumah tangga untuk mengukur kebutuhan uang tunai, adalah penting bahwa tim proyek perlu mempunyai seseorang yang tahu bagaimana menjamin bahwa pengambilan sampel dilakukan dengan benar. Bila tidak demikian, dapat terjadi kesalahan yang sangat mendasar atau pengukuran yang tidak dapat dipercaya.
Ketepatgunaan. Kriteria keempat yang harus dipertimbangkan sang pedagang adalah ketepatgunaan metode terhadap tugas. Ada dua macam ketepatgunaan. Pertama adalah, apakah metode tersebut yang paling efektif bagi tugas yang harus dilaksanakan. Misalnya, mungkin pedagang tersebut dapat mengukur kantong-kantong dengan cara menimbang setiap buah dalam timbangan mekanis kecil, dan kemudian menambahkannya sampai menghasilkan 10 kilogram. Bila dia sangat hati-hati, dia dapat menghasilkan ukuran yang akurat dan handal.
Lebih jauh lagi, dengan menganggap gajinya tidak terlalu tinggi, metode ini dapat sangat murah dan karenanya dapat dipertimbangkan menjadi berbiaya efektif. Meskipun demikian, ini bukanlah suatu metode yang tepatguna akan jauh lebih masuk akal untuk mempertimbangkan salah satu dari metode-metode Iainnya. Jenis kedua dari ketepatgunaan terkait dengan konteks lingkungan dan budaya.
Sebagai contoh, seandainya pedagang tersebut menjual barangnya dari sebuah kapal yang ditambatkan di pelabuhan desa. Pelabuhan tersebut sering sangat bergelombang, sehingga sulit untuk menggunakan timbangan mekanis. Itu sebabnya mungkin paling masuk akal untuk memperkirakan berat dari kantong-kantong tersebut, walaupun ini merupakan metode yang kurang akurat.
Konsep ketepatgunaan tersebut sedikit sulit untuk diilustrasikan dalam konteks pedagang kaki lima. Tetapi ketepatgunaan adalah sangat penting ketika mempertimbangkan metode pemantauan untuk digunakan dalam sebuah provek. Misalnya, seperti diterangkan sebelumnya tentang contoh dari Skenario Hutan Tropis, bertanya secara langsung tentang penghasilan atau status keuangan masyarakat mungkin secara sosial tidak diterima dalam masyarakat di lokasi proyek.
Dalam hal ini, memperkirakan kebutuhan uang tunai berdasarkan pada pembelian di toko-toko mungkin merupakan metode terbaik yang tersedia. Demikian juga, barangkali tidak mungkin menggunakan monitor GPS di bawah kanopi hutan yang rimbun atau mungkin tidak tepatguna menggunakan foto udara karena padatnya penutupan awan sehingga sulit membuat foto hutan tersebut.
Disarikan dari buku: Ukuran Keberhasilan “Merancang, Mengelola, dan Memantau Proyek-Proyek Konservasi dan Pembangunan”, Penulis: Richard Margoluis dan Nick Salafsky, Hal: 108-112.