Menggugah dengan Qoryah Thayyibah
Sejak kuliah di Institut Agama Islam Negeri Wali Songo, Semarang, pria yang suka menguncir rambut panjangnya ini sudah akrab dengan kehidupan petani dan desa. Akhirnya, pada 10 Agustus 1999, Ahmad Bahruddin, atau lebih dikenal sebagai ‘Kang Din’, mendirikan Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayyibah (SPPQT) alias ‘Desa yang Berdaya’. Mereka gabungan dari 14 organisasi tani di Salatiga, Magelang, dan Semarang. Anggotanya mencapai 16.348 petani.
Para petani dilatih mengolah lahan dan menghasilkan produk perta¬nian yang bisa meningkatkan kualitas hidup mereka. tapi, muncul kendala: daerah tempat tinggal petani itu belum dialiri listrik.
Bersama para petani, Kang Din membangun pembangkit listrik Tenaga Mikro Hidro di Kebumen, Banyubiru, dan Semarang. Kapasitas dayanya 170 KVA. Rumah-rumah penduduk juga diterangi energi biogas dari kotoran sapi. Dengan listrik, para petani bisa belajar dari internet, termasuk mempelajari pengembangan produk pertanian mereka. Salah satu produk unggulan petani adalah pupuk cair organik dan beras organik. Produk ini bisa dijual sebagai pendapatan alternatif jika hasil panen kebetulan jeblok.
Kang Din juga mendobrak model pendidikan. Dia mendirikan sekolah alternatif Qaryah Thayyibah, pada 2003, di Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Salatiga, Jawa Tengah, dan menjalankan pendidikan di luar pakem.
Kelompok belajar ini sering disebut “sekolah tanpa sekolah”. Siswa dibebaskan mempelajari apa yang disukainya, dan berbaur dengan masyarakat. Hasilnya, para pembelajar lebih bisa menjawab persoalan masyarakat. Mereka juga lebih giat, karena mempelajari bidang yang memang diminatinya. Dari sekolah ini lahirlah komikus, penulis, pemusik, wirausahawan dan lainnya.
Atas berbagai aktivitasnya, Bahruddin menerima maarif award, 2012.
Assalamu’alaikum wr.wb
Sejak mahasiswa (1990-an) saya hidup bersama petani karena memang saya berkepentingan menyejahterakan diri saya dan keluarga yang notabene petani. Saya coba galang kekuatan dengan memberikan kelompok tani dimulai dari 3 (tiga) orang, sampai terbentuk beberapa kelompok tani yang kami namai Paguyuban Petani.
Per hari ini sudah ada belasan ribu keluarga tani yang bergabung dalam serikat tani yang kami namai dengan Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayyibah (SPPQT), tersebar di 10 kabupaten di Jawa Tengah. Serikat tani ini berintikan paguyuban petani yang per definisi adalah organisasi masyarakat sipil aras desa sehinga agenda utama serikat selalu bermuara pada perwujudan kedaulatan desa.
Dalam rangka itu (kedaulatan desa), saya juga menggagas pendidikan alternatif yang menempatkan konteks kehidupan desa sebagai sumber pembelajarannya sehingga yang diharapkan para warga belajar nanti menjadi warga desa yang cerdas yang memahami kompleksitas permasalahan desanya sendiri yang pada gilirannya berkontribusi mewujudkan bangsa yang mandiri, bangsa yang berkemapuan optimal mengelola sumber dayanya sendiri.
Alhamdulillah, sejak berdiri sampai sekarang saya selalu menggunakan cara berfikir positif. Saya selalu menggunakan cara berfikir positif. Saya selalu menempatkan masalah dan kendala sebagai tantangan yang harus saya hadapi, saya kelola, dan saya selesaikan. Justru karena tantangan itulah saya bisa belajar.
Namun saya masih merasakan, apa yang saya lalukan masih jauh belum bisa menghasilkan apa yang kita cita-citakan. Tanggal 26 Mei 2012 saya mendapat anugerah “Maarif Award”. Anugerah itu sangat baik bagi saya tetapi masih jauh lebih baik bagi petani yang masih saja ketakutan gagal panen ketika mau menanam. Masih juga kita sering jumpai rakyat yang sakit dan mati di rumahnya sendiri karena tidak mampu berobat ke rumah sakit. Negara masih belum juga memenuhi kewajibannya menjamin kesejahteraan dan keselamatan rakyatnya.
Untuk itu, kepada para pemimpin muda di Republik tercinta ini, mari, kita galang kekuatan sepenuh hati, berpijak pada nilai-nilai agung universal, kita lepas cara pandang primordialis yang etnosentris, dengan semangat kebersamaan yang pluralis, kita hadapi dan lawan kecongkakan penguasa serta keserakahan kabir-kabir kapitalis, sehingga tidak ada lagi petani dan nelayan yang kerjanya menghasilkan pangan tetapi kelaparan.
Pemimpin muda! Mulailah dari yang kalian bisa. Kalian di desa pasti ada petani miskin kota dengan seribu masalah. Ya, di mana pun, dan mulailah bersama dua, tiga, empat orang dan seterusnya.
Wassalam, Ahmad Bahruddin
Sumber: Surat Dari & Untuk Pemimpin, Penulis: Ahmad Bahruddin, Hal: 301-303.