SDM sebagai Gerbang Terakhir
SDM masih terus berperanan, bahkan ketika seorang karyawan sudah mencapai hari-hari terakhirnya di perusahaan. Pada zaman ini sudah lazim bahwa SDM melakukan wawancara terakhir (exit interview) mengenai mengapa seorang karyawan melarikan diri ke tempat lain.
Jarang sekali terjadi bahwa seorang karyawan meninggalkan sebuah perusahaan karena malam sebelumnya dia bermimpi bahwa tembok perusahaan itu roboh dan menimpanya. Yang jauh lebih sering terjadi adalah bahwa dia mengundurkan diri karena dia sudah tidak tahan pada atasan langsungnya, atau dia mendapatkan tawaran yang jauh lebih baik dari yang sekarang, atau di perusahaan baru dia jauh lebih dekat pada gadis idamannya dan “atau-atau” lainnya.
Pada hari-hari terakhirnya, karyawan biasanya Iebih dekat pada SDM daripada departemennya sendiri. Kalau selama kariernya dia sangat jengkel pada berbagai batasan yang selalu muncul dari SDM, maka kini dia sadar kembali bahwa gaji terakhirnya, pesangonnya, dan surat referensi resminya hanya dapat dikeluarkan dari departemen ini.
SO WHAT? Mengapa hal ini kita bicarakan di sini? Apakah untuk mempertebal buku ini? tentu saja tidak. Yang ingin saya tegaskan adalah bahwa SDM memiliki posisi unik karena terus membarengi karyawan selama karier mereka di perusahaan. Karyawan bisa saja pindah atasan atau pindah departemen, namun selama mereka masih ada dalam perusahaan maka mereka akan terus berhubungan dengan SDM.
SDM adalah jembatan antara harapan karyawan dan kemakmurannya di perusahaan itu. Pada saat karyawan ingin diterima, saat karyawan ingin mendapatkan fasilitasnya, saat karyawan ingin mendapatkan kenaikan gaji, saat karyawan ingin mendapatkan surat referensi, saat karyawan ingin dikirim untuk training, dan semua “ingin-ingin” yang lain, SDM-lah yang akan bekerja agar karyawan bisa nnendapatkan apa yang mereka harapkan atau tidak.
SDM juga merupakan jembatan antara persepsi karyawan dan fakta tentang dirinya. Ketika karyawan berhubungan dengan SDM, saat itu adalah saat yang tepat bagi karyawan untuk belajar tentang kinerja mereka relatif terhadap kinerja karyawan lain: apakah kinerja mereka sudah oke, apakah ada yang bisa mereka tingkatkan, apakah mereka melakukan hal-hal yang mencegah kemajuan mereka sendiri.
SDM juga dapat dan perlu terus berhubungan dengan para karyawan itu agar dapat mengenali aspirasi mereka, sumber kebahagiaan mereka, kesulitan mereka, harapan mereka dari perusahaan. Hubungan ini juga dapat digunakan oleh SDM untuk terus mengomunikasikan hal-hal yang penting sehingga karyawan dan perusahaan makin “aligned“, makin “selaras” dalam mencapai tujuan bersama.
Tidak ada departemen lain yang memiliki posisi seperti ini. Bila ada SDM yang tidak melakukan peran jembatan ini, mereka menyia-nyiakan kelebihan dahsyat dari departemen ini.
Disarikan dari buku: Mengapa Departemen SDM Dibenci?, Penulis: Steve Sudjatmiko, Hal:22-24.