Tipe Kaderisasi
Untuk menghidupkan dan mengembangkan KSM, sudah barang tentu dibutuhkan kader-kader yang mampu menggerakkan, mengarahkan, dan membina kelompok. Menurut pengalaman Bina Swadaya, setidaknya dibutuhkan lima tipe kader. Kelima tipe kader itu adalah: kader pendamping kelompok, kader teknis (Vocational), kader pengembang usaha kecil/mikro, kader peneliti, dan kader pemimpin lembaga.
Kelima tipe kader ini perlu dipersiapkan secara khusus melalui pendidikan yang khusus pula. Tentunya, pola persiapan dan materi pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan lokal.
Kader pendamping kelompok. Kader pendamping kelompok diangkat dari mereka yang berkemauan dan berkemampuan untuk melakukan upaya-upaya pendampingan dan pembinaan kelompok. Mereka diberi latihan khusus sebelum mulai bekerja, dan selanjutnya ditempatkan di lokasi yang berdekatan dengan kelompok. Tugasnya adalah membantu mengartikulasikan permasalahan kelompok, mendorong dinamika kelompok, menyalurkan informasi yang dibutuhkan, serta menyelenggarakan latihan bagi kelompok.
Kader teknis (vocational). Tugas kader ini adalah menyelenggarakan berbagai latihan bagi anggota dan pengurus kelompok, baik menyangkut peningkatan mutu penyelenggaraan kelompok atau ketrampilan teknis seperti berternak, bertani, dan bertukang.
Kader pengembang usaha kecil/mikro. Kader ini mendorong kelompok untuk meningkatkan pemupukan modal bersama, sekaligus merencanakan pengelolaan usaha yang mungkin dan layak untuk dilaksanakan secara ekonomi (produksi, pengolahan, pemasaran).
Kader peneliti. Untuk meningkatkan pendapatan kelompok dibutuhkan perencanaan yang realistis. Untuk itu dibutuhkan penelitian awal yang memadai mengenai participatory rural appraisal (PRA). Dengan demikian, tugas dari kader peneliti bukan terutama membuat kesimpulan-kesimpulan ilmiah, melainkan membuat perencanaan mengenai tindakan atau kegiatan yang dibutuhkan oleh kelompok guna meningkatkan pendapatannya.
Kader pemimpin lembaga. Suatu KSM yang berhasil akan memiliki fungsi dan tugas yang bertambah rumit. Untuk menata perkembangan tersebut—semacam proses institusionalisasi— dibutuhkan leadership tertentu. Dengan demikian, kader pemimpin lembaga sudah harus dipersiapkan sejak dini, melalui proses magang ditambah latihan dan pendidikan kepemimpinan lainnya. Proses latihan dan pendidikan ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan manajerial dan memperluas wawasan serta kemampuan konseptual kader pemimpin lembaga.
Disarikan dari buku: Pemberdayaan Orang Miskin, Penulis: Bambang Ismawan, Hal: 54-55.