Strategi Pembangunan Nasional
Ada pendapat yang mengatakan bahwa strategi pembangunan nasional telah “menciderai” daerah perdesaan, karena menyedot tenaga-tenaga potensial dari desa. Terkonsentrasinya pendidikan di kota, yang melahirkan tenaga-tenaga trampil, telah menyebabkan desa menjadi tertinggal. Selain itu, beberapa faktor pendukung pembangunan seperti modal, teknologi, dan sarana komunikasi langka di perdesaan.
Jelaslah bahwa pembangunan tidak dapat dilakukan hanya dengan melalui satu pendekatan. Kebijakan yang diterapkan di satu sektor akan mempengaruhi perkembangan di sektor lainnya. Karena itulah, perumusan strategi yang jitu untuk menciptakan peluang kerja di perdesaan harus berangkat dari suatu pemikiran yang komprehensif. Masalah ketenagakerjaan di perdesaan tidak dapat dipecahkan hanya dengan sekedar menyuntikkan sejumlah dana untuk membangkitkan dinamika masyarakat. Sebab, masalah ketenagakerjaan di perdesaan tidak hanya disebabkan oleh kurangnya modal yang mengalir ke perdesaan, melainkan juga, dan ini yang terutama, oleh kurang berkembangnya kualitas sumber daya manusia.
Timbul pertanyaan lagi, mungkinkah kita menciptakan peluang kerja di perdesaan, sementara ketrampilan yang dimiliki oleh masyarakat perdesaan biasanya hanya berkisar di bidang pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, kerajinan rumahtangga, perwarungan, dan beberapa bidang yang melayani kebutuhan masyarakat setempat? Kegiatan-kegiatan produktif lainnya umumnya juga baru pada tahap produksi, belum sampai tahap pengolahan dan pemasaran dalam arti luas. Bidang pemasaran ini sangat penting, sebab menentukan perkembangan suatu kegiatan produksi. Jika masyarakat perdesaan sulit memasarkan produk mereka, maka mereka tidak akan terdorong lagi untuk melakukan investasi atau menjalankan usahanya.
Disarikan dari buku: Pemberdayaan Orang Miskin, Penulis: Bambang Ismawan, Hal: 45-46.