Workshop Penyusunan Rencana Strategis Pusat Studi Agama & Demokrasi (PUSAD PARAMADINA), Jakarta, 27-28 April 2015
Dengan mengusung Visi “Memperkuat Interaksi Damai Agama dan Demokrasi di Indonesia”, Pusat Studi Agama dan Demokrasi (PUSAD) yang berada di bawah naungan Yayasan Paramadina mengadakan acara worksop finalisasi penyusunan rencana strategis organisasi (Renstra 2015-2018) yang difasilitasi oleh Penabulu Alliance. Acara yang diadakan selama dua hari tanggal 27-28 April 2015 diadakan di Hotel Kristal, Jakarta.
Dalam pembukaan yang disampaikan oleh Husni Mubarok selaku Manager Program menyebutkan bahwa penyusunan Renstra adalah bagian dari upaya organisasi kami untuk mensistematisasikan program kelembagaan yang selama ini kami jalankan dan program-program yang akan dijalankan kedepan untuk mencapai visi yang telah ditetapkan oleh lembaga secara terukur.
Setelah sambutan yang disampaikan oleh Husni, acara diserahterimakan kepada Penabulu Alliance selaku fasilitator yang mendampingi penyusunan Renstra selama dua hari. Budi Susilo dari Penabulu Alliance selaku fasilitator membuka dengan salam, setelah itu dilanjutkan dengan mengajak seluruh peserta memperkanalkan diri serta menyebutkan asal divisinya masing-masing. Hadir dalam kesempatan tersebut Wakil Direktur, Manager Program, Manager Keuangan, Divisi Riset, Divisi Pendidikan Publik dan Divisi Advokasi.
Hari pertama Workshop yang difasilitasi secara bergantian oleh Budi Susilo selaku fasilitator utama dan Sardi Winata selaku fasilitator kedua. Dalam sesi hari pertama, fasilitator menggali informasi dari para peserta tentang ruang lingkup organisasi dan tujuan organisasi menyusun Renstra, hal ini dilakukan untuk memperkuat basis penyusunan Renstra.
Secara bergantian para peserta yang merupakan aktor-aktor kunci yang selama ini menjalankan roda organisai PUSAD menjelaskan dari mulai sejarah terbentuknya PUSAD sampai program yang telah dijalankan selama ini.
Nurul Agustina selaku Wakil Direktur PUSAD menjelaskan terbentuknya paramadina, dia menjelakan bahwa PUSAD Paramadina berdiri pada 21 September 2008, ketika Ihsan Ali-Fauzi dan Rizal Panggabean, yang bersama-sama membentuknya, memulai riset bersama berjudul “Drivers of Radicalism in Indonesia”, untuk kepentingan satu kantor pemerintahan asing di Jakarta. Riset bersama ini kemudian dilanjutkan dengan riset-riset berikutnya, antara lain mengenai “Pola-pola Konflik Keagamaan di Indonesia” (2009) dan “Evaluasi atas Laporan Kebebasan Beragama di Indonesia” (2009), yang didukung oleh The Asia Foundation.
Penjelasan Mbak Nurul Panggilan akrabnya dilanjutkan oleh Husni, Pada saat yang sama, dan dalam posisinya sebagai Direktur Program Yayasan Paramadina, Ihsan juga memulai kegiatan “Reading in Social Science” (RISOS) dan Ahmad Wahib Award (AWA), dengan melibatkan anak-anak muda seperti Saidiman Ahmad, Husni Mubarok, dan Nathanael Gracias dari Forum Muda Paramadina. Ihsan juga terlibat dalam penerbitan majalah bulanan Madina, di mana Rizal sering memberi sumbangan tulisan pungkasnya.
Husni kemudian melanjutkan penjelasannya beragam kegiatan di atas mencerminkan minat bersama nama-nama di atas, meskipun mereka berasal dari generasi yang berbeda, kepada riset-riset empiris mengenai agama dan demokrasi, dalam maknanya yang luas, dan advokasi publik ke arah Indonesia yang lebih toleran dan damai.
Perlahan namun pasti, PUSAD Paramadina berkembang menjadi semacam laboratorium dimana anak-anak muda belajar mengenai riset ilmu-ilmu sosial, mempraktikkannya untuk memahami realitas hubungan antara agama dan demokrasi di Indonesia, dan meng-advokasikan temuan-temuannya kepada publik luas.
Pada saat ini, kami membuat tiga divisi untuk memperkuat kelembagaan kami sesuai dengan visi dan misi yang telah kami tetapkan, yaitu Divisi Riset, Divisi Advokasi dan divisi Pendidikan Publik tutup Husni.
Diskusi-diskusi yang dihiasi oleh canda ceria namun tetap tidak menghilangkan substansi pembahasan diakhiri pada saat jam menunjukan pukul 17.30 WIB.
Jika pada hari pertama, lebih diisi oleh pengantar yang menjelaskan keberadaan organisasi, kini peserta diajak untuk lebih jauh melihat program yang telah disusun oleh organisasi. Pukul 09.00 WIB acara kemudian dibuka Budi Susilo, Mas Budi yang merupakan tokoh kawakan LSM menjelaskan berbagai prinsip Renstra termasuk didalamnya menjelaskan tentang Logframe organaisasi dan program.
Ia menjelaskan bahwa penyusunan Logframe organisasi adalah sesuatu yang urgent, karena dengan Logframe organisasi bisa berjalan dengan tersistematis sehingga apa yang menjadi cita-cita organisasi bisa tercapai.
Secara partisipatif peserta diajak merefleksikan program yang sudah berjalan dan menyusun program yang akan dijalankan. Selama kurang lebih 3 jam peserta mencoba mengisi matrik logframe yang sudah disediakan oleh fasilitator, setelah peserta mengisi kolom matrik tersebut kemudian peserta diajak untuk men-diskusikan logframe yang sudah disusun.
Tidak terasa sore telah menjelang, tanda diakhirinya workshop penyusunan Renstra. Acara kemudian diakhiri oleh foto bersama antara peserta dan fasilitator, senyum keceriaan menghantar kami dalam penutupan workshop tersebut.