Sang Naga

Mar 28, 2019 No Comments by

Pada 9 November 2012 malam, di Marina Bay Sands Expo Hall, Singapura, Chris John mempertahankan gelar kejuaraan dunia kelas bulu Versi World Boxing Association, untuk ke-17 kalinya. Dengan kemenangan angka mutlak, petinju yang digelari “Sang Naga” itu mengalahkan petinju thailand, Chonlatarn Piriyapino, yang lima tahun lebih muda.

Pertandingan malam itu sekaligus membukukan rekor baru Chris: 50 kali bertanding, dengan 42 kali menang dan dua kali seri – tanpa sekali pun kalah. Dari 42 kemenangan, ia tercatat 22 kali mengkanvaskan lawan.

Ketika bocah enam tahun lain bermain petak umpet, dia bersama adiknya, Adrian, mengasah pukulan dibimbing ayah mereka, Johan Tjahjadi alias Tjia Foek Sem. Dari kota kelahirannya, Banjarnegara, Jawa tengah, pada usia 15 tahun Chris John pindah ke Semarang untuk berguru pada Sutan Rambing, petinju 1970-an.

Meski sebagian besar waktunya habis di sasana, prestasi awal Chris justru terukir dari luar ring tinju. Dia meraih medali emas kejuaraan wushu nasional dan pekan Olahraga nasional 1996, dan SEA Games 1997. Pertandingan tinju profesional perdananya bergulir setahun kemudian, di Tangerang. Chris menang angka atas sesama debutan, Firman Kanda.

Laga yang paling diingat pecinta tinju adalah ketika dia melawan Juara Nasional Muhammad Alfaridzi di Jakarta, Juli 1999. Alfaridzi menjatuhkan Chris dua kali dironde pertama. Dia bangkit dan terus menekan sehingga lawan jatuh dua kali di ronde ke-11. Pada ronde ke-12 sang juara bertahan tumbang. Chris merengkuh sabuk dengan hidung patah dan berdarah.

Dia jadi manusia Indonesia ketiga yang pernah merasakan puncak tinju dunia setelah Ellyas Pical pada 1985 dan Nico Thomas pada 1989. Chris adalah juara dunia yang paling lama mempertahankan gelar hingga saat ini.

 

Rekan muda,

Saya akan menceritakan orang yang berpengaruh terhadap karier saya. Dia yang menjadikan saya menjadi Chris John yang anda kenal sekarang.

Adalah Johan Cahyadi yang memperkenalkan saya dengan dunia tinju. Dia adalah petinju amatir tahun 70-an yang terobsesi menjadikan saya seorang petinju profesional. Saat itu saya baru 5 tahun. Untuk memakai sarung tinju saja masih kesusahan.

Saat itu, keinginannya bertepuk sebelah tangan karena saya merasa terpaksa belajar tinju. Saya jalani saja tanpa benar-benar menikmatinya. Keacuhan saya lebur pada 1995 ketika untuk pertama kali saya bertanding di atas ring. Untuk pertama kali saya merasakan semangat yang tidak tahu dari mana datangnya. “Ini dunia yang saya suka”, pekik saya dalam hati. Setelah itu, saya selalu menunggu tiap pertandingan demi pertandingan.

Saya memutuskan tinjulah takdir saya. Dunia tinju telah mencuri hati saya sehingga saya menekuninya dengan sukarela. Saya rasa, kita tidak benar-benar tahu apa yang kita inginkan selama tidak mengecapnya. Kita harus turun untuk berbuat, tidak hanya menyimpan angan.

Ternyata keyakinan saja tidak cukup, saya harus bekerja keras memperjuangkannya. Sejak itu, saya rajin berlatih. Saya berlatih seminggu enam kali, pagi dan sore selama 2-3 jam.

Johan selalu berpesan “Luck happen when preparation meet opportunity” (keberhasilan datang ketika persiapan bertemu dengan kesempatan). Saya mempersiapkan semua lewat latihan yang rajin. Tapi ternyata itu pun kurang. Saya tidak bisa menebak kapan kesempatan baik itu datang pada saya. Karena itu di luar kapasitas saya, hanya Tuhan yang tahu karena Dia Maha Tahu. Ketika saatnya harus naik ke ring, saya tidak pernah lupa satu hal, berdoa.

Sehari setelah menulis ini saya akan terbang ke Australia untuk bertanding. Percayalah bahwa keberhasilan saya sekarang tidak pernah ada tanpa kerja keras. Untuk benar-benar sukses anda tidak bisa naik lift, anda perlu naik tangga.

Untuk rekan muda, kembangkanlah bakat anda dengan kerja keras, fokuslah, dan jangan lupa berdoa.

Terima kasih Johan, ayah saya.

Sumber: Surat Dari & Untuk Pemimpin, Penulis: Chris John, Hal: 251-252.

Cerita Perubahan, Mengawal Perubahan

About the author

lingkarLSM hadir untuk menemani pertumbuhan. Kami mengidamkan masyarakat sipil yang jujur dan punya harga diri. Kami membayangkan ribuan organisasi baru akan tumbuh dalam tahun-tahun perubahan ke depan. Inilah mimpi, tujuan dan pilihan peran kami. Paling tidak, kami sudah memberanikan diri memulai sebuah inisiatif; dan berharap langkah kecil ini akan mendorong perubahan besar.
No Responses to “Sang Naga”

Leave a Reply