Mengapa Perubahan Ditentang?

Jul 25, 2012 No Comments by

Dalam kenyataan, kita seringkali melihat adanya sikap menentang terhadap perubahan, yang kadang-kadang memanifestasi di dalam wujud: pemogokan, demonstrasi-demonstrasi, sengaja bekerja lambat (slow-down), dan protes-protes. Adalah lebih sulit untuk menghadapi tantangan implisit, seperti misalnya motivasi yang merosot, atau loyalitas yang makin “menyusut”, terjadinya kesalahan-kesalahan, terlampau mencoloknya absennya karyawan dan sikap kurang menyetujui perubahan. .

Tetapi, segera perlu diingatkan bahwa sekali telah diketemukan tentangan demikian, bukanlah berarti bahwa hal tersebut segera perlu ditiadakan. Adakalanya tentangan terhadap perubahan bersifat menguntungkan, karena ia memajukan konflik fungsional dan timbulnya perdebatan-perdebatan yang dapat membantu mengembangkan analisis secara lebih mendalam tentang alternatif-alternatif yang ada, dan dampak mereka (tentu dengan catatan bahwa reaksi segera, tidak diperlukan untuk mencapai keberhasilan).

Tetapi, adakalanya tentangan berlebihan atau apa yang dinamakan tentangan yang bersifat irasional, dapat menghambat kemajuan organisasi yang bersangkutan, dan bahkan ketahanan organisasi tersebut, terutama apabila para pesaing bertindak Iebih cepat.

Tetapi, agaknya ironis untuk menyatakan bahwa kerap kali perubahan ditentang, sekalipun diketahui bahwa manfaatnya melebihi biaya-biayanya. Segera muncul pertanyaan krusial sebagai berikut: “Mengapakah hal tersebut terjadi?” ada berbagai macam alasan yang kadang-kadang bersifat tumpang-tindih, mengapa orang-orang dan organisasi-organisasi menentang perubahan (Cook, Hunsaker, 2001:531).

Sejumlah Alasan Mengapa Individu-individu Menentang

Para individu pada semua tingkat keorganisasian cenderung menentang perubahan. Teori-teori tentang organisasi dan perilaku keorganisasian mengajarkan kita bahwa kepribadian, persepsi, pembelajaran, dan motivasi merupakan karakteristik-karakteristik dasar, individu-individu yang menyebabkan mereka cenderung menentang perubahan. Marilah kini kita mempelajari sejumlah alasan mengapa individu-individu menentang perubahan.

Persepsi Selektif

Kita mengetahui bahwa manusia sering kali mempersepsi hal yang sama dengan cara yang berbeda-beda. Andai kata perubahan terjadi, maka para individu cenderung memusatkan perhatian mereka pada persoalan bagaimana mereka akan mendapatkan pengaruhnya secara pribadi, daripada memandang gambaran lebih luas tentang perubahan tersebut bagi organisasi di mana mereka bekerja.

Kurangnya Informasi

Manusia menentang perubahan, karena mereka tidak memiliki (cukup banyak) informasi tentang apa yang diekspektasi dari perubahan tersebut, atau mengapa kiranya perubahan tersebut demikian penting. Andai kata alasan-alasan bagi adanya perubahan tidak diterangkan secara jelas, maka manusia cenderung mengisi kekurangan-kekurangan informasi yang mereka rasakan dengan tindakan spekulasi, yang kerap kali mengasumsi menekankan sisi keburukan dari pihak yang akan melaksanakan perubahan tersebut, dan dampak buruk bagi diri pribadi mereka masing-masing.

Perasaan Takut Terhadap Hal yang Tidak Diketahui

Individu-individu menentang perubahan apabila mereka tidak memiliki kepastian tentang bagaimana perubahan tersebut akan memengaruhi kesejahteraan mereka. Mungkin mereka mengajukan pertanyaan: “bagaimanakah perubahan tersebut akan memengaruhi kepastian pekerjaan (job security) saya?”

Pihak lain, risau tentang ketidakmampuan mereka untuk menyesuaikan diri dengan perubahan, atau ketidakmampuan untuk melaksanakan tugas-tugas sebaik mereka melaksanakannya sebelum perubahan terjadi. Di samping itu, perasaan takut tentang kemungkinan terjadinya kehilangan jabatan, status, atau kekuasaan yang sudah dimiliki. Ada juga kemungkinan bahwa pekerjaan akan kurang begitu menyenangkan atau menjadi lebih sulit, setelah perubahan dilaksanakan dan timbulnya kemungkinan hilangnya interaksi-interaksi sosial yang disenangi.

Kebiasaan

Banyak orang mempreferensi kegiatan dan kejadian-kejadian yang sudah biasa dihadapi mereka, sekalipun hal tersebut tidak optimal. Perhatikan misalnya upaya seseorang perokok, yang ingin menghentikan kebiasaan merokoknya, atau seseorang yang berupaya untuk mengatasi kebiasaannya tidak berolahraga. Mengubah sesuatu kebiasaan sangat sulit , karena hal tersebut memerlukan upaya keras, dan hal itu juga berarti bahwa terpaksa dikorbankan manfaat yang dipersepsi dalam pikiran orang tentang kebiasaan yang ada, sekalipun perilaku baru akan menimbulkan dampak yang lebih menguntungkan.

Penolakan Terhadap Pihak yang Menginisiasi Perubahan (Initiator)

Andai kata sesuatu perubahan terkesan bersifat arbitrer, atau tidak masuk akal, atau penetapan waktunya, dan cara pengimplemetasiannya kurang menarik minat orang-orang yang diekspektasi melaksanakannya, maka akan timbul gejala, di mana sikap penolakan dan amarah sering kali ditujukan kepada pihak yang memulai (menginisiasi ) perubahan tersebut.

Mengawal Perubahan, Teori Pertumbuhan

About the author

lingkarLSM hadir untuk menemani pertumbuhan. Kami mengidamkan masyarakat sipil yang jujur dan punya harga diri. Kami membayangkan ribuan organisasi baru akan tumbuh dalam tahun-tahun perubahan ke depan. Inilah mimpi, tujuan dan pilihan peran kami. Paling tidak, kami sudah memberanikan diri memulai sebuah inisiatif; dan berharap langkah kecil ini akan mendorong perubahan besar.
No Responses to “Mengapa Perubahan Ditentang?”

Leave a Reply