Tujuan Pemikiran Sistem

Tujuan berpikir sistem terkait langsung dengan kondisi pemikiran sistem saat ini, yaitu sebagai suatu pendekatan di dalam ilmu sosial dan manajemen.

Pemikiran sistem juga memiliki tujuan, yaitu untuk menggabungkan kembali pemikiran sistem sebagai pendekatan yang sesuai untuk menemukan kebijakan dan merekayasa manajemen. Dengan demikian, pemikiran sistem dapat menempati posisi penting dalam pengembangan disiplin ilmu terapan. Menunjukkan bahwa dalam konteks pemikiran sistem kritis, berbagai sistem yang diturunkan akan membantu dan menjadi bagian dari rasionalisasi pluralis. Sehingga dapat meningkatkan kualitas tugas pengambilan keputusan dan efektivitas manajemen. Selanjutnya, melalui pergerakan sistem, para praktisi dapat mengetahui keragaman sebagai suatu tanda kekuatan bukan kelemahan.

Kita telah mencatat bahwa para pengambil keputusan beraliran statistik mulai mengubah haluannya ke pernikiran sistem. Hal ini pun tampak pada pejabat dan manajer yang memimpin dan mengoordinasikan organisasi bisnis. Manajer dari semua jenis usaha, mencari buku seperti The Fifth Discipline untuk dijadikan sebagai panduan untuk mengubah model mental. Sehingga mereka dapat memahami dengan lebih baik pola yang mendasari hubungan antarvariabel.

Dengan memerhatikan keterbatasan model tradisional untuk mempelajari organisasi, mereka juga mencari ilmu mengenai chaos dan kompleksitas. Organisasi yang berhasil perlu mengoperasikan strukturnya pada batasao antara stabilitas dan ketidakstabilan. Sementara itu, untuk permasalahan global seperti kemiskinan, pertumbuhan populasi, polusi, dan kerusakan hutan, diperlukan suatu cara dan paradigma baru yang didasarkan pada “kepedulian ekologis yang mendalam”. Batasan-batasan ini berkaitan dengan kenyataan bahwa saat ini ada semakin banyak permasalahan yang kita hadapi. Kenyataan ini pulalah yang akhirnya menyadarkan kami bahwa permasalahan global tersebut tidak bisa dipahami dengan mengisolasinya. Kemiskinan, sebagai salah satu permasalahan global adalah permasalahan yang bersifat sistemik, yang berarti bahwa elemen-elemen dari permasalahan tersebut saling berhubungan erat dan saling bergantung antara satu dengan yang lain.

Buku ini berusaha untuk mengkapitalisasikan pembaharuan dalam pemikiran sistem, mengkaji pembaharuan tersebut secara konseptual, untuk kemudian mengaitkannya dengan pengentasan kemiskinan. Sebagai hasilnya, diharapkan tercipta solusi spesifik dari hubungan antarelemen untuk mengelola program pengentasan kemiskinan dalam era sistem.

Meskipun tampaknya masyarakat kita adalah pemikir sistem yang alami, tetapi literatur-literatur dalam pemikiran sistem menyatakan bahwa mereka perlu memperbaiki insting alaminya. Langkah memperbaiki insting ini dapat diterapkan pertama kali pada pakar “yang berpikir sehat”, yang sekarang merasa dibingungkan oleh situasi permasalahan kemiskinan yang mereka hadapi.

Dan bagi mereka yang merasa bahwa penyelesaian dengan “pikiran sehat” yang mereka terapkan malah membuat segala sesuatunya menjadi lebih buruk. Mungkin itu karena masalah kemiskinan yang dihadapi adalah masalah yang saling bercabang. Sehingga kita tidak tahu lagi mana titik awal untuk menyelesaikannya.

Alasan kedua adalah alasan yang relevan dengan para pengambil kebijakan, yang menyerap semua nasihat dari para pakar, tetapi umumnya merasa kecewa dengan hasil yang diperoleh. Dan meskipun telah melalui program yang diberi nama pembelajaran organisasi, tampaknya mereka malah dihadapkan pada analisis yang berlebihan dan tidak berujung. Kita juga mungkin berusaha untuk melakukan pembelajaran organisasi, tetapi ketika para birokrat merasa terancam posisinya, pembelajaran kita pun kemudian terhenti pada aspek politik organisasi. Jika demikian keadaannya, mungkin kita tahu bahwa para konsultan juga turut andil dalam menciptakan keruwetan ini. Seperti keruwetan yang diakibatkan oleh pemikiran reduksionis sewaktu mencari penyelesaian parsial.

Disarikan dari buku: Solusi Bisnis untuk Kemiskinan, Penulis: Prof. Dr. Eriyatno & Moh. Nadjikh, Hal: 36-38.