Small Group Discussion Riset Pendanaan CSR, Jakarta, 17 Mei 2013

Mei 17, 2013 No Comments by

Rumah Kemuning, 17 Mei 2013. Pada bulan Oktober 2012, HIVOS RO SEA melakukan inisiasi kerjasama dengan IBCSD dan Yayasan Penabulu untuk melakukan riset aksi bersama dalam upaya pemetaan potensi pendanaan CSR di Indonesia, sebagai salah satu alternatif sumber pendanaan bagi kerja-kerja masyarakat sipil di Indonesia. Pendekatan riset aksi pada dasarnya berorientasi pada pemecahan masalah, sehingga proses maupun hasil riset adalah bagian dari rangkaian tindakan untuk pemecahan masalah yang didefinisikan (Greenwood and Levin, 1998). Analisis data dengan cara eksploratif, deskriptif dan eksplanatif dan bentuk data kualitatif dan kuantitatif

Kelanjutan dari proses riset setelah analisa data adalah mengundang CSO yang menjadi responden dengan tujuan pemaparan ringkas temuan hasil dan penggalian masukan-masukan untuk perbaikan, verifikasi dan penajaman hasil riset. Kegiatan pada tanggal 17 Mei 2013 pukul 14.00 ini difasilitasi oleh Herman Suparman Simanjuntak, diawali dengan perkenalan peserta, Small Group Discussion Riset Pendanaan CSR ini dihadiri oleh beberapa lembaga yaitu:

  1. Asih, Air Putih
  2. Ayip, KRKP
  3. Amna Kusumo, Kelola
  4. Linda H. Abidin, Koalisi Seni Indonesia
  5. Paulina Helda, Koalisi Seni Indonesia
  6. Sugeng Wibowo, Penabulu
  7. Jimmy T., CIPG
  8. Dwitri Amalia, CIPG

Small Group Discussion Riset Pendanaan CSR di hadiri juga oleh tim riset aksi penabulu yaitu Wildasari Hoste, Rizki Amelia, dan David Ardhian selaku narasumber. Serta turut mengundang Thomas Aquino dari HIVOS. Dalam presentasinya David Ardhian menjelaskan tentang gambaran umum pendanaan CSR di Indonesia, pemetaan program dan skema pendanaan CSR, dan persepsi CSO tentang pendanaan CSR.

Setelah presentasi selesai, fasilitator menjembatani peserta dalam pelaksanaan diskusi ini. Diskusi ini berlangsung selama kurang lebih 3 jam. Berikut hasil diskusinya:

Ibu Amna Kusumo dari Yayasan Kelola, mengemukakan beberapa pertanyaan, apa benar ada dana yang di alokasikan, atau realisasi itu kemudian yang jadi alokasi? Beliau bercerita bahwa ia sendiri jarang sekali melihat adanya transparansi soal itu. “Ada beberapa faktor-faktor yang menyebabkan jarang terjadinya transparansi yaitu isu-isu lembaga, jumlah CSR yang terbatas, dan informasi masih berasal dari jaringan-jaringan personal”, ujar David saat menjawab pertanyaan Ibu Amma.

Aquino menambahkan untuk pertanyaan Ibu Amma bahwa konsep CSR masih luas, Penelitian ini khusus untuk melihat dananya, karena riset ini khusus di pendanaan.

Dua hal yang sangat krusial menurut Jimmy T. dari CIPG, dalam berbicara CSR dalam kaitannya dengan CSO. Yang pertama itu tentang idealisme CSO bisa dilakukan perubahan secara bertahap. Kemudian yang kedua adalah jika kita menghadapi perusahaan, kita harus bisa berbicara dengan cara mereka.

Menurut Ayip dari Koalisi Rakyat Kedaulatan Pangan (KRKP), “melihat CSR dengan CSO ini adalah dua benda yang memang berbeda. karena yang satu ideologis sekali, dan yang satu lagi sangat bisnis. tapi yang menarik adalah perspektif teman-teman CSO dan perusahaan”. Ayip menambahkan mungkin kedepan bisa jadi ada forum, yang menjadi guideline dipakai di konteks Indonesia baik untuk perusahaan asing maupun yang swasta dan  perlu juga ada standar CSO yang dibangun oleh 2 pihak.

Aquino menjelaskan kenapa bisa ada perbedaan CSR di CSO dan perusahaan sendiri, yaitu karena di masyarakat sendiri masalah ini masih belum selesai sampai sekarang terhadap isu soal tanggung jawab siapa. CSR itu menyangkut ke hak asasi manusia. Sementara kita masih percaya bahwa pelanggaran HAM dan tanggung jawab terhadap HAM itu merupakan tanggung jawab Negara. Sementara sekarang pelanggaran HAM itu sudah dilakukan oleh perusahaan. Tapi ini masih bersifat dilematis. Riset ini adalah riset aksi yang berusaha memecahkan problem tertentu dengan cara riset atau mengelola pengetahuan. Komponen aksinya harus lebih besar seperti dengan cara mempertemukan CSO dan CSR dalam satu forum.

Dari diskusi yang berkembang, David mengemukakan bahwa ada opportunity dari riset yang kita lakukan semacam clustering. Kemudian di CSO sendiri juga akan sulit jika dibangun dari perspektif yang beragam. Sehingga juga perlu persempit berdasarkan ruang lingkup. Belajar dari pengalaman yang lalu, kebutuhan yang terjadi karena sekelompok orang yang mewakili banyak orang. Tetapi akan dicoba membuat representasi berdasarkan isu-isu praktis. Karena tidak bisa menyamakan berdasarkan ideologis. Tapi karena spektrum LSM dan CSR banyak ragamnya, mungkin proses ini bisa difasilitasi.

David juga mengemukakan bahwa nantinya Penabulu akan melakukan satu kali peer group dengan CSR Perusahaan untuk mengembangkan model-model kolaborasinya dari sisi CSO. Kemudian bagaimana membangun jembatan komunikasinya dan pentingnya membangun standar CSR agar dapat diterima sesuai dengan perspektif CSO. Kegiatan peer group ini dijadwalkan pada minggu ketiga bulan Juni 2013.

Materi presentasi bisa dilihat disini.

Liputan

About the author

lingkarLSM hadir untuk menemani pertumbuhan. Kami mengidamkan masyarakat sipil yang jujur dan punya harga diri. Kami membayangkan ribuan organisasi baru akan tumbuh dalam tahun-tahun perubahan ke depan. Inilah mimpi, tujuan dan pilihan peran kami. Paling tidak, kami sudah memberanikan diri memulai sebuah inisiatif; dan berharap langkah kecil ini akan mendorong perubahan besar.
No Responses to “Small Group Discussion Riset Pendanaan CSR, Jakarta, 17 Mei 2013”

Leave a Reply