Si Penerang Desa

Mei 24, 2014 No Comments by

Sudah sekitar dua puluhan tahun Tri Mumpuni mendedikasikan diri untuk memberdayakan masyarakat desa. Bersama suaminya, Iskandar Kuntoadji, alumnus Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, ini mempelopori pembangunan pembangkit listrik mikrohidro (PLTMH) di daerah miskin dan terpencil. Proyeknya terbentang dari dari Aceh hingga Kalimantan. Kawan-kawannya menjulukinya “Tri Si Penerang Desa”.

Idenya berawal dari perjalanannya bareng sang suami, seorang aktivis mikrohidro, ke desa-desa yang belum terjangkau PLN. Mereka melihat, kekurangan itu bisa diakali dengan memanfaatkan air terjun untuk menghasilkan listrik.

Pada 1991, Puni—demikian ia akrab disapa—bersama sekelompok petani di Desa Curugagung, Subang, Jawa Barat, menegakkan PLTMH yang menghasilkan listrik 13 kilowatt, dan menerangi 121 rumah. Modal awal Rp 44 juta merupakan hasil urunan para petani dengan meminjam ke bank. Sisanya ditutup oleh Yayasan Institut Bisnis dan Kerakyatan (Ibeka) yang dibentuk Puni.

Lima tahun kemudian, seorang petani yang ditugasi menjadi ”direktur” listrik di Curugagung wafat, tak kuat menahan beban karena bisnis mikrohidro yang ia rintis kalah bersaing dengan PLN, yang menawarkan tarif listrik bersubsidi. Selama tiga tahun, Puni melobi Kementerian Energi agar PLN membeli listrik rakyat.

Pada Agustus 1999, untuk pertama kalinya dalam sejarah, PLN membeli listrik rakyat. Pada 2002, Puni membantu merumuskan peraturan yang mewajibkan PLN membeli listrik dari pembangkit skala kecil. Bersama Ibeka, Puni telah mendirikan lebih dari 60 stasiun PLTMH, yang mengalirkan listrik ke lebih dari 50 ribu rumah.

Sekarang ide Puni telah menjalar melampaui batas-batas Indonesia. Beberapa negara tertarik mengadopsi teknologi mikrohidro bagi rakyat miskin, antara lain Filipina, Kamerun, dan Nepal.

 

Surat untuk Generasi Muda Indonesia

Generasi muda Indonesia yang kucintai, bersyukurlah atas anugerah Tuhan padamu, dilahirkan di negeri kaya raya, subur, cantik, dan elok. Namun lihatlah kenyataan di sekitarmu, semua yang dianugerahkan Tuhan itu tidak memberikan sebesar-besar manfaat untuk bangsamu. Masih banyak saudara-saudara kita yang hidup dalam kebodohan, termajinalkan, miskin, dan terpuruk.

Hal ini terjadi karena banyak di antara kita yang hanya mementingkan logika saja, bukan akal sehat, sehingga kita menderita apa yang disebut Empathy Deficiency Human Disorder, EDHD.

Kekurangan empati, membuat kita berani mengambil sesuatu yang bukan hak kita, berani hidup dalam kehinaan moral untuk bisa bermewah-mewah. Berani hidup malu hanya untuk konsumerisme dengan mengambil hak rakyat yang hidupnya terpuruk.

Yang lebih parah lagi, dengan cara pikir yang dihasilkan oleh sistem pendidikan formal yang ada saat ini, dengan sangat mudah terjadi pengambilalihan sumber daya alam, kedaulatan sumber daya alam dari tangan penduduk lokal kepada pihak lain termasuk kepada bangsa lain. Hal inilah yang menjadi sumber terjadinya kemiskinan bangsa kita.

Kita tidak boleh memaki, kita tidak boleh mengutuk, karena ini bukanlah jalan keluar. Kita wajib tahu, karena kita harus mengubah keadaan seperti ini menjadi lebih baik. Kita harus perangi kebodohan, kita harus atasi kekacauan agar bisa mendatangkan ketertiban dan keteraturan untuk kemakmuran bersama.

Kelak engkau sebagai generasi muda harus meneruskan apa-apa yang baik yang selama ini telah dilakukan oleh generasi sebelummu. Lakukan yang terbaik yang bisa kau jalankan untuk memperbaiki keadaan saat ini, untuk memakmurkan saudara-saudaramu yang belum termakmurkan. Sejahterakan semua bangsa ini, karena negeri ini punya modal yang cukup.

Lihatlah di belahan dunia sana, anak-anak muda bangsa ini, saudara-saudaramu mengisi posisi strategis di mana-mana dan banyak diperlukan di negara lain. Bangunlah negerimu sendiri. Banyak cara yang bisa kau lakukan dan harus kau mulai sekarang dari dirimu sendiri.

Sabar apabila yang kau iginkan belum kau dapatkan, istiqomah (consistent) dengan apa yang kau yakini bisa berdampak luas untuk menyejahterakan bangsa.

Carilah dukungan, berjejaringlah dan silaturahmi harus kamu lakukan sebanyak mungkin, ceritakanlah apa yang kau inginkan bagilah ide-ide cemerlangmu, biarkan orang lain tahu dan mendukung mimpi indahmu.

Mimpilah seindah-indahnya, mulailah melangkah dengan langkah kecilmu, tapi kamu harus cepat dan cekatan. Hidup tidak boleh dihabiskan hanya untuk bicara saja, berangan-angan saja, namu lakukan sesuatu yang kongkret. Make things happen.

Ada yang ingin kubagikan, tiga hal yang harus kamu jalankan dengan penuh keyakinan agar hidupmu bermanfaat buat sesama. Pertama, senyumlah, karena berbagi senyum akan membuat hidupmu bahagia. Kadua, bagilah ilmumu karena berbagi ilmu akan membuatmu lebih pintar, dan ketiga, berbagilah rejeki karena akan membuatmu lebih kaya.

Bekerja keraslah, berdisiplinlah, dan jadilah bagian dari bangsa Indonesia yang berjaya dan berdaulat.

Sumber: Surat Dari & Untuk Pemimpin, Penulis: Tri Mumpuni, Hal: 133-134.

Cerita Perubahan, Mengawal Perubahan

About the author

The author didnt add any Information to his profile yet
No Responses to “Si Penerang Desa”

Leave a Reply