Polisi, Dibenci dan Dirindu

Nov 22, 2014 No Comments by

Pita hitam melingkar di lengan Nanan Soekarna, Kepala Divisi Humas Polri, di puncak ketegangan Cicak vs Buaya, pada 2009. Pita yang menjadi penanda bahwa si pemakai mendukung Komisi Pemberantasan.

Korupsi (KPK) dalam perang antikkorupsi. Komisaris Jenderal Polisi Nanan Soekarna kini menjadi Wakil Kepala Kepolisian RI. Gonjang-ganjing Cicak vs Buaya berulang, kali ini dipicu kasus korupsi mesin simulator yang membuat KPK -Polri seolah berada di panggung konflik. “Sebetulnya tidak ada konflik. Siapa pun terlibat, tindak secara hukum,” kata Nanan.

Polisi, Nanan sadar, selalu dipandang dengan benci tapi rindu. Kehadirannya dibutuhkan, tapi berbagai penyimpangan yang ada telah membuat polisi dibenci.

Karir Nanan melejit ketika dia menjadi Kapolda Kalimantan Barat, pada 2008. Pemberantasan illegal logging menjadi prioritas programnya. Nanan juga menginstruksikan seluruh bawahannya untuk mengenakan pin “Saya Polisi Antikorupsi”.

Nanan gemar menyamar jadi orang biasa saat mengendarai mobil. Menurut cerita pegiat Kontras, Nanan sengaja melanggar lalu lintas hingga disetop polisi. Kemudian dia membayar polisi untuk berdamaiyang ternyata diterima oleh polisi. Esokya, polisi penerima uang itu dipanggil. Polisi itu dihukum berdiri dengan satu kaki di lapangan Markas Polda Kalimantan Barat.

Lulusan terbaik Akademi Kepolisian 1978 ini juga aktif kampanye penghormatan keberagaman. “Polisi masih perlu banyak belajar cara menangani konflik antar warga, terutama yang membawa nama agama,” kata Nanan mengakui. Itu sebabnya, bersama Kontras, Polri kini membuat panduan penanganan konflik antar umat beragama.

 

Kepada Anak Muda, Pemimpin Indonesia Masa Depan …

Salam hangat dari saya,
Anda benci polisi? Di mana pun di dunia ini, di negara mana pun, pasti ada “good cops and bad cops”, termasuk di Negara kita tercinta Indonesia. Saya menjumpai kenyataan itu selama bertugas danmendapat kesempatan berkeliling dunia, belajar dan bekerjasama dengan kepolisian Internasional.

Bukan berniat defensif jika saya katakan bahwa kondisi polisi adalah cermin kondisi masyarakat. Polisi bukan malaikat yang turun dari langit. Polisi harus menghadapi ujung atau dampak berbagaiketidakpatuhan, pelanggaran, ketidakpuasan, juga sengketa antarwarga negara.

Dengan otoritas yang dipegangnya, sebagai penjaga hukum dan tertib sipil, polisi menempati posisi yang amat strategis. Itu sebabnya polisi gampang ditarik untuk berpihak pada penguasa, baik berupa penguasa modal maupun kekuasaan. Akibatnya, tidak jarang polisi (sengaja atau tidak) terlibat dalam berbagai persoalan.

Anak muda Indonesia,

Sampai saat ini kinerja polisi masih jauh dari menggembirakan. Tapi, sebenarnya sejak pemisahanTNI-Polri, pada tahun 1999, kami terus melakukan pembenahan. Pada masa lalu, penanganan kasus bisa dilakukan tertutup dan semau polisi. Hal semacam ini sudah tidak boleh dilakukan lagi. Keterbukaaninformasi membuat siapa saja bisa memantau kinerja kepolisian. Meskipun harus saya akui, polisi dengan perilaku model lama yang arogan dan main hakim sendiri masih banyak di lapangan. Untuk itulah saya ajak Anda sekalian ikut mengawasi, tegur dan koreksi kami! Agar Polisi benar-benar mampu memberikan pelayanan prima, antikekerasan, antikorupsi, antikolusi, dan antinepotisme.

Korupsi adalah kejahatan luar biasa di negara ini. Saya harus mengakui bahwa polisi juga belum terlepas dari persoalan KKN. Ini pekerjaan rumah yang harus kita bereskan bersama. Pembenahan harus dilakukan menyeluruh, bukan hanya di sektor kepolisian. Karena korupsi bukanlah permainan tunggal. Ada banyak faktor di sini: jajaran penegak hukum, birokrat, pejabat dari tingkat pusat sampai daerah, pengusaha, juga masyarakat luas, semua saling terkait.

Saya beri contoh. Jika kena tilang gara-gara melanggar peraturan lalu-lintas, orang banyak masihsuka menyuap polisi dengan “uang damai”. Jangan harap kita bisa mengubah hal yang besar bila untukurusan kecil seperti ini pun kita tak peduli dan tidak mau berubah.

Polisi tidak datang dari langit, tapi dari masyarakat. Ini juga menyangkut bagaimana masyarakat membentuk dan menyiapkan calon Polisi. Bagaimana keluarga menyiapkan anak-anak yang akan menjadi Polisi. Kalau di keluarga tidak pernah diajarkan disiplin dan kejujuran, lalu si anak masuk ke Kepolisian, tentu sulit mencetak Polisi yang disiplin dan jujur. Itu sangat berpengaruh, bagaimana lembaga pendidikan Kepolisian harus mengubah mindset dan culture setyang sudah dijalani 17 tahun sebelumnya.

Anak muda Indonesia,

Tahun lalu, kami di Kepolisian menggulirkan sebuah gerakan antikorupsi. Kami meminta seluruh polisi mengenakan pin bertuliskan “Pelayan Prima, Anti KKN dan Kekerasan”.

Kami juga membuat peraturan yang membolehkan bawahan menentang perintah atasan yang dianggapberlawanan dengan hukum, termasuk perintah-perintah untuk korup tentunya. Terobosan ini dilakukan demi menghilangkan perilaku bawahan yang pasif, mau diperalat, dan berlindung di balik ketiak atasan. Juga untuk mendorong atasan bertindak bijak, tidak memperalat bawahan.

Pengalaman mengajarkan, sikap “mbalelo” kepada atasan selalu diterima asal disampaikan dengan etis dan justru untuk menjaga kredibilitas, reputasi pimpinan maupun kesatuan. Menjadi follower yangmanut terhadap pemimpin yang baik dan berani memberi saran, tanggapan, bahkan menolak perintahyang salah secara etis adalah modal utama untuk menjadi leader. Seseorang yang tidak mampu jadibawahan yang baik tidak akan bisa menjadi pemimpin yang baik.

Saya tak peduli bahwa gebrakan pin “Pelayan Prima, Anti KKN dan Kekerasan”ini membuat banyak anggota bersikap sinis. Saya juga dengar ada plesetan singkatan KKN menjadi “Kere Karena Nanan”. Bahkan dianggap saya melegalkan korupsi dengan mengangkat tema gaji yang tidak cukup, padahal ituadalah salah satu masalah yang harus diantisipasi para pemimpin di semua level demi mencari solusiagar anggota tidak KKN. Saya yakin, ada lebih banyak lagi polisi yang mendukung dan ingin perubahan dalam instansi Kepolisian.

Prinsip ambil tanggung jawab ini berlaku untuk semua profesi, bukan hanya polisi. Menyalahkan pihak lain memang mudah, tinggal pasang telunjuk. Yang jauh lebih sulit adalah mengambil tanggung jawab, memulai koreksi diri sendiri. Pada 2009, saya diuji dengan perkara ini. Ketua DPRD Sumatera Utara Abdul Aziz Angkat meninggal ketika terjadi aksi demonstrasi menentang pembentukan Provinsi Tapanuli.

Temuan medis menunjukkan bahwa yang bersangkutan meninggal karena serangan jantung, syok menghadapi aksi demonstrasi. Namun, sebagai Kapolda Sumatera Utara, saya ambil tanggung jawab.Pada saat itu saya meminta Kapolri untuk memberhentikan saya dari jabatan Kapolda, dan segera mengirimkan pengganti. Saya hanya minta waktu untuk menuntaskan penyidikan yang saya pimpin langsung. Alhamdulilah semua anggota solid, kasus dapat dituntaskan dan kami bisa mempertanggungjawabkan secara proporsional, serta tidak ada lagi tekanan kepada Kapolri / Mabes Polri, cukup saya sebagai Kapolda yang memikulnya.

Anak muda Indonesia,

Saat ini negeri kita menghadapi tantangan yang semakin rumit. Tawuran, perkelahian antar kampung,sampai bentrokan dan kerusuhan dengan membawa bendera dan simbol-simbol kelompok menjadi hal yang makin lazim.

Selain hal tersebut di atas, persoalan korupsi, terorisme, dan radikalisme semakin kuat. Sudah saatnya situasi ini disikapi dengan merapatkan barisan (khususnya para pemuda), saling menguatkan antarlembaga. Sikap saling menyalahkan dan saling melemahkan antar lembaga sudah tidak zamannyalagi. Membenahi negara, menuju Indonesia yang lebih baik, memang bukan kerja sehari dua hari, dan bukan mustahil hasilnya baru kita akan rasakan lima puluh tahun lagi, atau bahkan ketika kita sudah tak ada di dunia ini. Tidak masalah. Itu adalah tugas kita semua.

Seorang pelatih American Football bernama Vince Lombardi menyatakan bahwa pemimpin tidakdilahirkan tetapi diciptakan. Dan mereka tercipta melalui kerja keras. Itulah harga yang harus kita bayar untuk meraih tujuan berharga.

Ayo anak muda,

Mari latih keberanian mengambil keputusan. Jangan segan mengambil risiko untuk mengawal keputusan terbaik, dan jangan takut bertindak salah! Karena yakinlah bahwa yang tidak pernah membuat kesalahan adalah yang tidak pernah berbuat apa-apa.

Selamat berkarya untuk Indonesia.

Salam,
Nanan Soekarna
*Wakil kepala kepolisian RI, Komisaris Jenderal Polisi

Sumber: Surat Dari & Untuk Pemimpin, Penulis: Nanan Soekarna, Hal: 213-216.

Cerita Perubahan, Mengawal Perubahan, Pertumbuhan

About the author

lingkarLSM hadir untuk menemani pertumbuhan. Kami mengidamkan masyarakat sipil yang jujur dan punya harga diri. Kami membayangkan ribuan organisasi baru akan tumbuh dalam tahun-tahun perubahan ke depan. Inilah mimpi, tujuan dan pilihan peran kami. Paling tidak, kami sudah memberanikan diri memulai sebuah inisiatif; dan berharap langkah kecil ini akan mendorong perubahan besar.
No Responses to “Polisi, Dibenci dan Dirindu”

Leave a Reply