Organisasi Pembelajar, Menghadapi Dunia Flat yang Terlipat

Mar 19, 2014 No Comments by

Abad 21 ini, dipandang Thomas L. Friedman sebagai dunia yang datar. Inilah dampak teknologi web yang membuat setiap orang memiliki kesempatan yang sama (setidaknya relatif sama) untuk bisa mengakses berbagai informasi, sekaligus membuka pintu akses pada dunia kepada dirinya. Yang lebih dahsyat, dunia yang datar ini bahkan sudah terlipat, dimensi waktu sudah berubah. Dengan skype kita bisa berdiskusi dengan teman-teman tanpa perlu peduli di mana mereka berada sambil melihat presentasi yang sama. Sungguh, dunia bukan saja terlipat, tapi sudah mengecil, sekecil ujung jari anda.

Keterbukaan informasi dan akses  mendorong kecepatan kerja pun bertambah. Yang, tentu saja tidak bisa terhindarkan lagi turut menguatnya ritme persaingan. Kecepatan menyerap realitas makin meninggi, analisa bisa secepatnya dilakukan, dan keputusan demi keputusan juga semakin harus cepat dilakukan. Dalam dunia yang perubahannya berlangsung sangat cepat ini maka fokus pada pengembangan sistem (sistematisasi operasional organisasi) kerja saja tidaklah cukup.  Organisasi di masa sekarang dan mendatang dituntut untuk memiliki kemampuan untuk  menarik pembelajaran dari setiap kejadian yang sesuai dan mengubahnya menjadi kekuatan organisasi. Maka organisasi pun mutlak, menjadi pembelajar.

Organisasi pembelajar dituntut cepat memahami perubahan, memetik best practice, lalu mengubahnya menjadi kekuatan baru. Kekuatan itu bisa yang terlihat bentuknya, atau maya seperti rencana strategi, program inovatif, atau model baru.  Ada beberapa poin penting bagi organisasi yang ingin membangun kemampuan pembelajarannya:

  • Berorientasi ke masa depan. Organisasi pembelajaran selalu meluangkan waktu dan mengalokasikan sumber daya untuk dapat cepat menaksir masa depan.
  • Memberi perhatian pada kualitas manajemen dan kepemimpinan. Bagaimanapun organisasi bergerak pada dua kakinya, yaitu kepemimpinan dan manajemen. Memadukan kedua kebutuhan ini sehingga selalu uptodate untuk menjawab masa depan adalah tantangan organisasi pembelajar.
  • Budaya organisasi. Organisasi harus membangun terinternalisasinya nilai-nilai pembelajar dalam semua gerak, dan penggerak organisasi. Nilai-nilai pembelajaran itu diantaranya setiap orang adalah pembelajar yang antusias, setiap orang menjadi guru, setiap orang pemikir kreatif, setiap orang kontributor positif, dan setiap orang manajer sendiri.
  • Menguatkan kapasitas. Dorong semua orang untuk memiliki visi untuk mengembangkan kapasitas diri. Setiap orang harus disadarkan, bahwa keterampilan berpikir dan memahami belajar untuk belajar adalah sama pentingnya menguasai pengetahuan dan keterampilan teknis.
  • Aliran informasi. Bangunlah sistem informasi yang sesuai dengan kebutuhan organisasi. Buatlah sistem informasi itu sehingga memudahkan penciptaan, penyederhanaan, dan penyimpanan informasi. Permudah akses bagi setiap orang untuk berbagi dan mengakses informasi.

Jeannete Vos memberikan delapan langkah yang lebih operasional bagi organisasi untuk menuju menjadi pembelajar:

  1. Periksalah gambaran umum yang mungkin terjadi. Amatilah apa yang terjadi dan impian kelompok sasaran, kebijakan yang dikeluarkan pemerintah, pergerakan isu internasional, dan juga perkembangan teknologi (terutama informasi dan komunikasi). Pengamatan ini akan membantu kita melihat model masa depan.
  2. Perhatikan juga realitas kini. Sadari apa yang telah dicapai dan faktor-faktor yang membantu pencapaian itu. Cek juga kendala yang memperlambat langkah, tanpa perlu terjebak pada “kesenangan mengulik kegagalan” namun sebaliknya, lakukan dalam konteks pencarian solusi.
  3. Telusuri impian. Telusurilah apa yang disampaikan setiap orang, apakah ada impian-impian baru. Biarkan impian-impian tumbuh, namun tentu saja organisasi perlu jeli untuk memilih impian mana yang perlu direspon dan fokus menjalankannya.
  4. Potretlah lingkungan organisasi. Periksa sumber daya yang ada, lalu upayakan setiap orang dapat memaksimalkannya. Ketahui pula apa sumber daya yang dibutuhkan dan bagaimana bisa memenuhinya. Periksa juga kondisi kerja, apakah nyaman untuk berpikir dan mengungkapkan ekspresi, apakah setiap orang juga memiliki setting mental dan pikir pembelajar. Pada prinsipnya ada perlu memahami betul seberapa dalam nilai-nilai pembelajar terintenalisasi dalam gerak organisasi.
  5. Tetapkan langkah. Tentukankah sasaran secara spesifik, sasaran yang terlalu lebar akan membuat organisasi tidak efektif dalam menggunakan sumber daya. Buatlah juga setiap orang memiliki agenda yang jelas dalam kerangka langkah itu.
  6. Padukan. Ciptakan lingkungan yang kondusif, buatlah atmosfir yang nyaman, dan sinergikan semua gerak sumber daya. Raihlah dukungan dari semua pihak yang memberi pengaruh pencapaian, serta bangunlah tim kerja yang solid. Padukan gerak tim terutama dalam sharing pembelajaran dan saling menguatkan.
  7. Evaluasi dan Rayakan. Lakukan terus upaya pemantauan perkembangan pencapaian sasaran. Ukurlah selalu kesuksesan kerja. Perbaharui terus peta pencapaian organisasi, letakkan kontribusi setiap orang dalam peta tersebut.
  8. Daur Ulang. Gandakan keberhasilan organisasi. Publikasikan hasil kerja organisasi dengan cara sekreatif dan seinovatif mungkin. Penggandaan juga bisa dilakukan dengan perluasan program, atau pendalaman program.
Bentuk Lembaga, Mengawal Perubahan, Metode Pemetikan, Pengelolaan Pengetahuan, Sasaran dan Pendekatan, Teori Pertumbuhan

About the author

The author didnt add any Information to his profile yet
No Responses to “Organisasi Pembelajar, Menghadapi Dunia Flat yang Terlipat”

Leave a Reply